Assalaamu'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh
Semoga saudara-saudariku semua diberikan keberkahan, perlindungan, kasih sayang dan ridho Allaah...aamiin Allaahumma aamiin
BismillaahirRahmaanirRahiim
Saudara-saudariku, tidak lama kemudian, Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam menceritakan keadaannya, Waraqah berkata,
"Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah engakau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang dipihak Allah dengan pembelaan yang sudang diketahui-NYA pula."
Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam.
Saudara-saudariku, kini Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu. Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim.
Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan. Kepada orang-orang inilah Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan perbuatan-perbuatan itu.
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang-orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang-orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk waktu yang lama. Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah telah melakukan bahkan tidak menyukainya.
Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam kembali pergi ke bukit dan menyendiri lahi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membubung tinggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan?
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam untuk menuntun umat ternyata menjadi kering? Saudara-saudariku, saat itu, Rasulullaah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam benar-benar hampir merasa putus asa.
Informasi tambahan:
Riba
Riba terjadi apabila seseorang meminjamkan sejumlah uang kepada orang lain dan meminta agar orang yang meminjam mengembalikan uangnya lebih banyak dari uang yang dipinjam. Misalnya, jika kamu meminjam uang 1.000 rupiah dan menentukan agar uang itu kelak dikembalikan sebesar 1.200 rupiah, uang 200 rupiah itulah yang disebut riba. Riba sangat menyengsarakan orang yang meminjam uang.
Demikianlah kisah Sirah Nabawiyah hari ini, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran, dan mendapatkan hikmahnya.
Kisah Sirah Nabawiyah ini diambil dari buku "Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam Teladanku" jilid 3 halaman 20-21
Allaahumma shalli 'ala Muhammad
Wa 'ala aali Muhammad
Barakallaahu fiikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar