Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau menamai diri-Mu dengannya atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu , atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu.
Agar engkau menjadikan Al Quran sebagai penyejuk hati, cahaya dadaku, serta menjadi penghancur kesedihanku dan menghilangkan duka citaku.(Musnad Ahmad)
Musim semi.
Siapa yang tak suka. Terkadang orang mengatur waktu berlibur bertepatan dengan datangnya musim semi. Di saat bunga-bunga tumbuh bermekaran, indah, cantik, berwarna-warni. Siapapun suka melihatnya, betah berlama memandang dan berada di dekatnya.
Dan Rasulullah mengajarkan kita doa agar Allah menjadikan ayat demi ayat mulia itu menjadi musim semi di hati. Penyejuk, penghibur, pelipur lara, mengusir kegundahan, dan menggantinya dengan kegembiraan.
Gembira di jalan Allah tentunya. Gembira karena istiqomah di jalan kebenaran. Gembira karena membuktikan syukur dengan amal-amal kebaikan melimpah. Membuat orang-orang senang dan betah memandang dan berada di dekatnya, karena kemuliaan lisan dan akhlaqnya.
Musim semi.
Ia bukan hanya tentang keindahan dan kenyamanan, tapi juga tentang pertumbuhan. Demikian ayat-ayat al Qur'an membuatnya tumbuh berkembang, dalam imannya, akhlaqnya, amalnya, ukhuwahnya, manfaat dan kebaikannya di masyarakat, juga semangat dalam dakwahnya. Tumbuh.
Benih yang tumbuh mengeluarkan tunas-tunasnya, terus menguat, membesar dan tegak lurus, membuat takjub orang² dengan nyalanya.
"...seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah menjengkelkan hati orang-orang kafir"(QS al Fath:29)
Maka, sungguh kewajiban kita mempelajari ilmu al Qur'an, dimulai dari adab yang tinggi saat berinteraksi dengannya, membacanya dengan tajwid, mentadabburinya, memahami isinya, dan mengamalkannya. Hingga menjadi musim semi bagi mukminin.
Jikalah banyak muslimin bersemangat membacanya, membawanya kemana-mana, maka barisan dai harusnya lebih dari mereka dalam cara berinteraksi dengan al-Qur'an. Sebab kebutuhan dakwah adalah kebutuhan kita pada al-Qur'an.
Bagaimana mungkin kita berdakwah, membicarakan proyek² kemenangan, sementara lisan, telinga, dan hati, jauh dari al Qur'an?
Sebuah kaidah berlaku: Semakin sibuk agenda rapat dan aktivitas dakwah ini, maka semakin kita membutuhkan tilawah dan tadabbur ayat-ayat mulia itu. Agar hati dan lisan ini menyala, langkah-langkah bercahaya, ide-ide bercahaya, cahaya dari al-Qur'an, nuurullah. Nuurun 'ala nuur…
Musim semi itu, tak hanya tentang keindahan, tapi juga tentang pertumbuhan.
inspirasiIndonesia.
#DNA Pemenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar