Pada Pilkada serentak 27 November 2024, Dalam media tertulis : *PKS Tumbang Panen Hukuman*, karena kekalahan Pilkada versi quick count di basis PKS menghadapi kekalahan signifikan di beberapa daerah Pulau Jawa, luar Jawa seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara.
*Partai dakwah tak pernah kalah*. Mungkin di mata manusia kalah, tapi di mata Allah, setiap langkah kecil kader dan simpatisan PKS yang penuh ikhlas selalu bernilai besar di hadapan Allah SWT.
Kita tidak merasa kalah, karena kekalahan ini hanyalah cara Allah membuka pintu kemuliaan yang lebih besar. *Di balik ujian ini, ada strategi Ilahi agar potensi terbaik setiap kader keluar seutuhnya*. Namun, mari kita renungkan juga bersama: mungkin ada kelelahan yang tak terlihat, ada luka yang tak terucap, dan ada kekecewaan yang terpendam:
1. Kejenuhan di Struktur DPC dan DPRa
Mereka yang berada di garis depan—struktur DPC dan DPRa—*terkadang merasa menjadi penopang yang dilupakan*. Kemenangan seakan hanya terkumpul di pundaknya, sementara mereka di bawah berjuang dengan keterbatasan finansial dan sumber daya manusia. Padahal, kemenangan itu lahir dari keringat dan air mata mereka. Harus ada perhatian yang lebih nyata dari atas, bukan sekadar instruksi tanpa dukungan.
2. Instruksi Tanpa Empati
Struktur di atas sering kali memberikan arahan, *tetapi lupa menyentuh hati*. Padahal, mereka di bawah tidak hanya butuh perintah, melainkan teladan dan kepedulian. Jika empati ini tidak tumbuh, kemenangan kita hanya akan menjadi angka tanpa ruh.
*Kita butuh sinergi, bukan sekadar eksistensi*.
3. Zona Nyaman Pejabat Publik
.Pejabat publik yang lahir dari rahim dakwah seharusnya menjadi pelayan umat, bukan mencari kenyamanan pribadi. Jika kemenangan hanya melahirkan zona nyaman, maka jangan salahkan jika kader muda merasa kehilangan inspirasi. *Jabatan adalah amanah, bukan hadiah*.
4. Minimnya Regenerasi
*Kader muda merindukan ruang untuk berkembang*, tetapi sering kali ruang itu tertutup oleh mereka yang terus menduduki posisi tanpa regenerasi. Ini bukan soal usia, tetapi soal keberanian mempercayakan masa depan kepada generasi berikutnya.
5.Keikhlasan yang Terkikis
Keikhlasan adalah ruh perjuangan kita, tetapi keikhlasan itu mulai terkikis ketika segalanya diukur dengan angka dan materi. *Kita lupa bahwa kemenangan sejati bukan tentang apa yang kita terima, tetapi tentang apa yang kita berikan*.
*Menghidupkan Kembali Ruh Kemenangan*
Kemenangan ini harus menjadi pengingat, bukan pelipur lara. Jika struktur tidak diperbaiki, jika senior dan yunior tidak bersatu, jika pejabat publik tidak keluar dari zona nyaman, jika kader muda tidak diberi ruang, dan jika keikhlasan tidak kembali ke hati kita, maka kemenangan ini hanya akan menjadi ilusi.
Mari kita bangun kembali ruh kemenangan ini. Dengan kebersamaan yang utuh, dengan cinta yang ikhlas, dan dengan tujuan yang lurus menuju ridha Allah. Karena kemenangan sejati bukanlah di dunia, tetapi di akhirat kelak. *Inilah jihad kita, inilah amanah kita. Jangan pernah lelah di jalan ini*.