Jumat, 20 Desember 2024

Keteladanan Dalam Visi dan Optimisme Rasulullah.


"Kita tidak tau akhir kehidupan seseorang, sebagaimana kita tidak tau akhir kehidupan kita sendiri".
____________

Penduduk Tho'if sangat keterlaluan. Mengolok-olok Rasulullah. Bukan hanya dengan kata-kata, (jika saat ini mungkin semisal postingan kebencian), bukan sekedar framing dan propaganda yang mungkin saat ini dihadapi, tapi juga melempari dengan bebatuan hingga Rasulullah berdarah. Main fisik. Betapa bencinya mereka. 

Bayangkan. Pernah Aisyah radhiyallaahu 'anha bertanya kepada Rasulullah, apakah ada hari yang lebih berat dialaminya dibanding perang Uhud (perang yang teramat berat dan pilu).  Rasulullah menjawab, hari saat ia diusir dan dilempari di Thoif ini.  

Terbayang memang. Sampai-sampai Allah mengutus Malaikat spesial penjaga gunung menawarkan bantuan, menghancurkan bumi Tho'if, menimpa mereka _Al-Akhsyabain_ (dua gunung besar yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).

Bagaimana Rasulullah menyikapi kebencian mereka? Ia mengadu hanya pada Allah, lalu berharap dan berdoa, agar kelak ada keturunan dari tulang sulbi mereka yang menyembah Allah.

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

"Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah mengatakan kepada Malaikat, fainnahum qaumun la ya'lamun. Menghadapi masyarakat yang belum faham memang membutuhkan kesabaran. Hingga 12 tahun kemudian (2 periode lebih), baru muncul satu persatu muslim di Thoif. Kita pun teringat akan peristiwa memilukan itu. Doa, harapan, dan keteladanan Rasulullah menyikapi mereka. Bahwa seorang da'i hendaknya selalu optimis dan visioner.

Andai bapaknya menolak dakwah Islam, semoga anaknya tidak demikian. Andai anaknya sama dengan bapaknya, semoga cucunya, anak keturunannya kelak menjadi Islam, simpati dan mendukung dakwah Islam.  

Pendekatan yang baik sebagai ikhtiar, menemukan kalimatun sawa, disertai doa yang tulus. Tidak boleh kita pesimis dan menutup harapan terhadap siapapun, kepada para penguasa, pimpinan organisasi besar yang mungkin saat ini tidak seafiliasi, bahkan ekstrimnya para taipan, raja dan presiden negeri-negeri di Eropa dan Amerika misalnya. Bukankah kita sangat yakin hidayah milik Allah sebagaimana disebut ayat-ayat alQur'an yang kita imani itu? Dia berikan kepada siapa yang dikehendakiNya.

Rasulullah begitu optimis dan percaya diri, menyurati para penguasa saat itu sebagai upaya diplomasi yang canggih, melalui analisa dan diagnosa yang baik terhadap negeri-negeri itu. Tak sungkan Beliau yang memulai komunikasi, hingga mendapat simpati dan apresiasi dari para Raja, meski mereka belum memeluk agama Islam. Penguasa yang disurati Rasulullah antara lain Raja Muqauqis (Mesir), Kaisar Heraklius (Konstantinopel), Raja Najasyi (Habasyah), Raja Ghissan (Damaskus), dan Kisra Eperwiz (Persia).

Kita tidak tau, akhir kehidupan seseorang, sebagaimana kita tidak tau akhir kehidupan kita kelak. Bahkan seorang lelaki berbadan besar, tegap, kasar dan kuat, yang dulu sangat membenci Islam dan Rasulullah, akhirnya kelak ia menjadi Pemimpin Islam, khulafa' ar-Rasyidin, dan kini ia "terbaring", jasadnya begitu dihormati hingga layak bersebelahan dengan makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Wallaahu a'lam.
Design by KUSTIYADI KUSTIYADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar