■□□□□□□□□□□□□□□□□□□□■
Allah telah menetapkan dan memilih manusia pertama yang menerima, membaca, memahami, menghafal, dan mengamalkan ayat² alQuran adalah Rasulullah. Namanya juga Rasul, ia utusan, pengemban amanah risalah.
■ Rasulullah, naqibnya para naqib, yang akan membimbing ummat, meluruskan yang salah, memberi motivasi dan pengajaran.
■ Rasulullah, pemimpin para sahabat, barisan mukminin, pemimpin ummat, yang akan mengeluarkan kebijakan dan keputusan, memastikan gerak terorganisir dalam shaf, seakan bangunan yang kokoh.
■ Rasulullah, sang pemegang amanah, agar risalah suci ini sampai ke penjuru bumi, manusia mendapat hidayah dengan usahanya, membuat nyala (nur) di dada mereka, yang akan dimintai kelak menjadi saksi dan pertanggungjawaban.
Allah juga telah menetapkan dan memilih, bahwa yang membawa ayat² mulia itu kepada Rasulullah adalah pemimpin/panglima dari seluruh malaikat.
Demikianlah selanjutnya Rasulullah mengajarkan alQur'an kepada sahabat²nya, orang² yang memegang amanah, termasuk khulafaurrasyidin. Merekalah yang memimpin dakwah ini dengan segala amanah, dengan segala kebijakan dan keputusan.
Para Pemimpin, pengurus di berbagai level, termasuk para nuqoba, para murabbi. Dikarenakan fungsi mulianya, beban dipundaknya, dimana para anggota barisan mukminin menunggu dan mendengar arahan dan segala kebijakannya, harusnya adalah orang² yang merasakan kebutuhan besar terhadap alQur'an, mempelajari kandungan²nya, paling akrab, paling hormat dengan setiap ayat²nya, menyimak ta'limat dan arahan² ilahiyah. Bagaimana mereka mendapatkan intuisi, hikmah, cahaya, dan mengeluarkan kebijakan andai mereka jauh dari alQur'an?
Bukankah telah sampai hadits saat Rasulullah mengonfirmasi Mu'adz bin Jabal saat dia diberi amanah dan otoritas membuka lahan dakwah di Yaman, dengan apa ia akan memutuskan perkara? Mu'adz menjawab secara berturut; dengan Kitabullah, lalu dengan Sunnah Rasulullah. Sedangkan posisi ijtihad berada di posisi ketiga, andai tidak ada dalam alQur'an dan Sunnah. Cara itulah yang membuat Rasulullah tenang dan meridhoinya.
Semoga Allah mengaruniakan para pemimpin kita, para pejabat publik, para pemegang keputusan, nuqoba, murabbi, para dai, kecintaan kepada alQuran. Semakin berat tugas, semakin padat agenda, semakin sibuk, semakin butuh pula kita kepada cahaya dari alQur'an. Justru disitulah letak kenikmatannya, bersama alQuran dikala sibuk²nya.
Imajinasiku, harapanku, akan tiba masanya, rapat² di tingkat negara, kementerian, di sana keputusan penting bermula, di sana berbagai analisa startegis dibahas, diawali dengan dibacakannya dan disampaikannya kandungan ayat² alQur'an. Rapat² terhormat diwarnai dengan ayat² terhormat yang penuh dengan kemuliaan dan kewibawaan.
Terkhusus rapat² di organisasi dakwah, juga partai² Islam, agar tidak sekedarnya dalam sesi pembukaan, karena ayat² itu bukanlah untuk seremoni. Ayat² yang akan mendatangkan keberkahan, cahaya pada hati, dada, dan akal fikiran, petunjuk jalan.
Dan Rasulullah sang Pemimpin, sang Naqib itupun berdoa, sekaligus mengajarkan kita agar berdoa juga lah,
اللَّهُمَّ اجْعَلِ القُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
"Ya Allah, jadikanlah Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghapus kesedihanku, dan penghilang kegelisahanku." (Musnad Imam Ahmad)
Wallaahu a'lam
______
Teks hadits:
عَنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ مِنْ أَهْلِ حِمْصٍ قَالَ: وَقَالَ مَرَّةً عَنْ مُعَاذٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ لَهُ: «كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟» قَالَ: أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟» قَالَ: أَقْضِي بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟» قَالَ: أَجْتَهِدُ بِرَأْيِي وَلَا آلُو قَالَ: فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ فِي صَدْرِي وقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا يُرْضِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Rasulullah saw. bertanya, "Bagaimana caramu memberi keputusan, ketika ada permasalahan hukum?" Mu'adz menjawab, "Aku akan memutuskan berdasar kitabullah." Rasulullah bertanya, "Jika engkau tak menemukan dasar dalam kitabullah?" Mu'adz berkata, "Aku akan menghukumi berdasarkan sunnah Rasulullah saw." Rasul berkata, "Jika kau tidak menemukan dalam sunnah Rasul?" Mu'adz menjawab, "Aku akan memutuskan berdasarkan pendapatku" Rasulullah saw. menepuk-nepuk dada Mu'adz sambil berkata, "Segala puji bagi Allah yang menuntun utusan Rasulullah kepada apa yang diridai Rasulullah" (HR. Al-Baihaqi No. 3250)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar