“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-‘Alaq : 1-5).
TIDAK dapat dimungkiri bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim di mana pun dan kapan pun berada.
Dengan menuntut ilmu, manusia dapat memahami segala hakikat, dan ilmu tidak diragukan lagi merupakan pintu gerbang peradaban. Pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan ilmu telah membawa manusia mengalami perubahan dalam roda zaman yang senantiasa berputar menampilkan kemajuan.
Dengan ilmu, manusia dapat pula menghancurkan kehidupan dan peradaban manakala ilmu mengalami distorsi dalam aplikasi amalnya. Untuk dapat mendapatkan ilmu ini kita harus melakukan proses belajar agar tidak dikatakan sebagai orang yang menyia-nyiakan ilmu.
Seseorang pernah berkata kepada Abu Hurairah ra, “Aku ingin belajar, tapi aku takut menyia-nyiakan ilmu.” Abu Hurairah menjawab, “Cukuplah engkau dikatakan menyia-nyiakan ilmu jika tidak mau belajar.”
Merujuk pada firman Allah SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 terdapat hal penting sebagai rujukan kita dalam belajar menuntut ilmu.
Pertama,
Menuntut ilmu menempatkan Allah SWT sebagai awal dan akhir tujuan setiap aktivitas belajar. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah SWT merupakan keharusan yang mesti menjadi dasar berpijak kita.
Dalam mempelajari ilmu, kita tetap dituntut berpikir kritis dengan menelaah ilmu-ilmu yang bermanfaat dan meninggalkan ilmu yang tidak memberikan kemanfaatan apapun. Kenyataan empiris yang sering terjadi bahwasanya ilmu dipelajari tanpa pertimbangan baik dan buruk, sehingga dalam penerapannya justru menyebabkan kehancuran.
Dengan meneguhkan niat dan mengakhiri langkah hanya tertujukan kepada Allah SWT, kita akan tetap memperhatikan batas-batas normatif yang telah digariskan Allah SWT.
Kedua,
Belajar harus dilakukan secara bertahap. Terciptanya manusia merupakan suatu proses yang berkelanjutan hingga menjadi manusia dalam wujudnya yang sempurna.
Hal ini memberikan arahan kepada kita untuk belajar secara teratur dan berkesinambungan. Tanpa proses bertahap, kita akan memiliki pemahaman parsial dan apa yang dipelajari tidak memberikan kontribusi apapun dalam setiap amal kita.
Ketiga,
Dibutuhkan proses pengulangan dalam belajar. Dalam surat Al-‘Alaq, kata “bacalah” tertulis tidak hanya sekali. Artinya, pengulangan dalam belajar perlu dilakukan, sehingga kita memperoleh pemahaman yang baik dan apa yang kita pelajari terekam kuat dalam diri kita.
Belajar yang dilakukan secara instan bisa jadi hanya mendapatkan kelelahan tanpa mendalami benar apa yang dipelajari.
Keempat,
Melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kegemaran untuk membaca dan mempelajari banyak hal akan menyebabkan kita memiliki wawasan dan pengetahuan lebih luas. Membaca secara teratur hendaknya dilanjutkan dengan kebiasaan menulis.
Kemampuan untuk menyikapi fenomena kehidupan dan menuangkan ide, gagasan, pendapat, pemikiran, dan wacana dalam bentuk tulisan setidaknya mampu mengasah pikiran dan pemahaman kita agar lebih berkembang dan bermanfaat bagi orang lain.
Pemikiran dan gagasan tertulis tersebut tetap dalam tuntunan Al-Qur’an dan Sunnatur-Rasul, sehingga dengan sendirinya melakukan dakwah bil-qalam bagi tegaknya ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin di muka bumi. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar