Komunitas Tarbiyah
Sabtu, 18 Oktober 2025
Menjadi Burung Buta dan Lumpuh
Makna IHSAN
Sabtu, 11 Oktober 2025
Kuliah Prof. Brian Yuliarto Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
Al-Musyarokah lit taqwiim wat tasdiid ( المشاركة للتقويم والتسديد )
"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(QS. Ar-Rum ayat 30)
Pertanyaan Anda sangat menarik — karena istilah "Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid (المشاركة للتقويم والتسديد)", meskipun sering digunakan dalam konteks ekonomi syariah, juga memiliki makna yang mendalam dalam konteks politik dan tata kelola pemerintahan (governance). Mari kita bahas secara sistematis.
🕌 1. Arti Bahasa Arab (Makna Leksikal)
| Kata Arab | Transliterasi | Arti Dasar | 
|---|---|---|
| المشاركة | Al-Musyarokah | Partisipasi, keterlibatan bersama, kerja sama | 
| للتقويم | lit-Taqwiim | Untuk perbaikan, pelurusan, atau evaluasi | 
| والتسديد | wat-Tasdiid | Untuk penyempurnaan, pengarahan, atau penegakan yang benar | 
Secara harfiah:
"Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid" berarti partisipasi bersama untuk memperbaiki dan meluruskan (jalannya sesuatu) agar tepat dan benar.
🏛️ 2. Makna Konseptual dalam Konteks Politik & Pemerintahan
Dalam ranah politik Islam dan tata kelola pemerintahan (siyasah syar’iyyah), istilah ini mengandung semangat partisipasi publik dan kolaborasi konstruktif antara rakyat dan pemerintah untuk:
- 
Meluruskan kebijakan yang menyimpang (taqwiim) 
- 
Memberi masukan dan koreksi dengan cara yang benar dan membangun (tasdiid) 
Dengan kata lain, ini bukan “oposisi destruktif”, melainkan oposisi konstruktif — ikut mengawal pemerintahan agar tetap pada jalan yang benar dan sesuai nilai keadilan.
⚖️ 3. Makna Filosofis dan Praktis
| Aspek | Makna “Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid” | 
|---|---|
| Politik | Rakyat berpartisipasi aktif dalam mengawasi, menilai, dan memperbaiki kebijakan penguasa tanpa harus memusuhi pemerintah. | 
| Pemerintahan | Pemimpin membuka ruang dialog, menerima kritik dan saran dari rakyat atau lembaga lain sebagai bentuk tanggung jawab publik. | 
| Etika Islam | Kritik dan koreksi dilakukan dengan adab — bukan menjatuhkan, tetapi memperbaiki (islah). | 
| Kepemimpinan | Pemimpin yang baik tidak menutup diri dari koreksi; justru mendorong partisipasi masyarakat untuk mencapai kebaikan bersama. | 
🧭 4. Dasar Pemikiran dalam Tradisi Islam
Konsep ini selaras dengan prinsip “Syura” (musyawarah) dalam Al-Qur’an:
“... dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka ...”
(QS. Asy-Syura [42]: 38)
Dan juga dengan hadis Nabi ﷺ:
“Agama adalah nasihat (ad-din an-nashihah)... untuk Allah, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan umat Islam seluruhnya.”
(HR. Muslim)
Artinya: rakyat berhak dan berkewajiban memberikan nasihat, masukan, atau koreksi (taqwiim) kepada pemimpin dengan cara yang baik (tasdiid).
🧩 5. Contoh Aplikatif dalam Pemerintahan Modern
| Situasi | Penerapan “Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid” | 
|---|---|
| Kritik kebijakan publik | Lembaga masyarakat memberikan masukan berbasis data, bukan ujaran kebencian. | 
| DPR/DPRD & Pemerintah | Fungsi legislatif dan eksekutif bekerja sama untuk meninjau dan menyempurnakan kebijakan (bukan saling menjatuhkan). | 
| Lembaga audit dan ombudsman | Melakukan koreksi dan pembinaan terhadap kinerja lembaga pemerintahan agar tetap sesuai aturan dan etika. | 
| Civil society & media | Menjadi sarana kontrol sosial dan penyampai aspirasi rakyat untuk perbaikan tata kelola negara. | 
🕊️ 6. Inti Pesan Moral
“Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid” mengajarkan bahwa partisipasi politik bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi tentang tanggung jawab moral untuk memperbaiki dan meluruskan jalannya pemerintahan secara adil dan beradab.
🩵 Kesimpulan
Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid (المشاركة للتقويم والتسديد) dalam konteks politik dan pemerintahan berarti:
“Keterlibatan masyarakat dan lembaga politik dalam memperbaiki, meluruskan, dan menyempurnakan arah kebijakan pemerintahan dengan semangat kolaborasi, bukan konfrontasi.”
Atau secara ringkas:
“Partisipasi konstruktif untuk perbaikan dan pelurusan kebijakan.”
Apakah Anda ingin saya buatkan versi diagram alur visual tentang “Hubungan Pemerintah – Rakyat – Lembaga Pengawas dalam Al-Musyarokah lit Taqwiim wat Tasdiid” agar lebih mudah dipahami secara grafis?
https://chatgpt.com/c/68eb2f80-b4ac-8320-a250-fb99572515dc
Selasa, 23 September 2025
PEMIMPIN, PEMBIMBING, & AL-QUR'AN.
■□□□□□□□□□□□□□□□□□□□■
Allah telah menetapkan dan memilih manusia pertama yang menerima, membaca, memahami, menghafal, dan mengamalkan ayat² alQuran adalah Rasulullah. Namanya juga Rasul, ia utusan, pengemban amanah risalah.
■ Rasulullah, naqibnya para naqib, yang akan membimbing ummat, meluruskan yang salah, memberi motivasi dan pengajaran.
■ Rasulullah, pemimpin para sahabat, barisan mukminin, pemimpin ummat, yang akan mengeluarkan kebijakan dan keputusan, memastikan gerak terorganisir dalam shaf, seakan bangunan yang kokoh.
■ Rasulullah, sang pemegang amanah, agar risalah suci ini sampai ke penjuru bumi, manusia mendapat hidayah dengan usahanya, membuat nyala (nur) di dada mereka, yang akan dimintai kelak menjadi saksi dan pertanggungjawaban.
Allah juga telah menetapkan dan memilih, bahwa yang membawa ayat² mulia itu kepada Rasulullah adalah pemimpin/panglima dari seluruh malaikat.
Demikianlah selanjutnya Rasulullah mengajarkan alQur'an kepada sahabat²nya, orang² yang memegang amanah, termasuk khulafaurrasyidin. Merekalah yang memimpin dakwah ini dengan segala amanah, dengan segala kebijakan dan keputusan.
Para Pemimpin, pengurus di berbagai level, termasuk para nuqoba, para murabbi. Dikarenakan fungsi mulianya, beban dipundaknya, dimana para anggota barisan mukminin menunggu dan mendengar arahan dan segala kebijakannya, harusnya adalah orang² yang merasakan kebutuhan besar terhadap alQur'an, mempelajari kandungan²nya, paling akrab, paling hormat dengan setiap ayat²nya, menyimak ta'limat dan arahan² ilahiyah. Bagaimana mereka mendapatkan intuisi, hikmah, cahaya, dan mengeluarkan kebijakan andai mereka jauh dari alQur'an?
Bukankah telah sampai hadits saat Rasulullah mengonfirmasi Mu'adz bin Jabal saat dia diberi amanah dan otoritas membuka lahan dakwah di Yaman, dengan apa ia akan memutuskan perkara? Mu'adz menjawab secara berturut; dengan Kitabullah, lalu dengan Sunnah Rasulullah. Sedangkan posisi ijtihad berada di posisi ketiga, andai tidak ada dalam alQur'an dan Sunnah. Cara itulah yang membuat Rasulullah tenang dan meridhoinya.
Semoga Allah mengaruniakan para pemimpin kita, para pejabat publik, para pemegang keputusan, nuqoba, murabbi, para dai, kecintaan kepada alQuran. Semakin berat tugas, semakin padat agenda, semakin sibuk, semakin butuh pula kita kepada cahaya dari alQur'an. Justru disitulah letak kenikmatannya, bersama alQuran dikala sibuk²nya.
Imajinasiku, harapanku, akan tiba masanya, rapat² di tingkat negara, kementerian, di sana keputusan penting bermula, di sana berbagai analisa startegis dibahas, diawali dengan dibacakannya dan disampaikannya kandungan ayat² alQur'an. Rapat² terhormat diwarnai dengan ayat² terhormat yang penuh dengan kemuliaan dan kewibawaan.
Terkhusus rapat² di organisasi dakwah, juga partai² Islam, agar tidak sekedarnya dalam sesi pembukaan, karena ayat² itu bukanlah untuk seremoni. Ayat² yang akan mendatangkan keberkahan, cahaya pada hati, dada, dan akal fikiran, petunjuk jalan.
Dan Rasulullah sang Pemimpin, sang Naqib itupun berdoa, sekaligus mengajarkan kita agar berdoa juga lah,
اللَّهُمَّ اجْعَلِ القُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
"Ya Allah, jadikanlah Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghapus kesedihanku, dan penghilang kegelisahanku." (Musnad Imam Ahmad)
Wallaahu a'lam
______
Teks hadits:
عَنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ مِنْ أَهْلِ حِمْصٍ قَالَ: وَقَالَ مَرَّةً عَنْ مُعَاذٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ لَهُ: «كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟» قَالَ: أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟» قَالَ: أَقْضِي بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟» قَالَ: أَجْتَهِدُ بِرَأْيِي وَلَا آلُو قَالَ: فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ فِي صَدْرِي وقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا يُرْضِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Rasulullah saw. bertanya, "Bagaimana caramu memberi keputusan, ketika ada permasalahan hukum?" Mu'adz menjawab, "Aku akan memutuskan berdasar kitabullah." Rasulullah bertanya, "Jika engkau tak menemukan dasar dalam kitabullah?" Mu'adz berkata, "Aku akan menghukumi berdasarkan sunnah Rasulullah saw." Rasul berkata, "Jika kau tidak menemukan dalam sunnah Rasul?" Mu'adz menjawab, "Aku akan memutuskan berdasarkan pendapatku" Rasulullah saw. menepuk-nepuk dada Mu'adz sambil berkata, "Segala puji bagi Allah yang menuntun utusan Rasulullah kepada apa yang diridai Rasulullah" (HR. Al-Baihaqi No. 3250)
Jumat, 05 September 2025
Guru Juga Manusia, Tugas Mulia Butuh Biaya
Al-‘Alaq dan Tuntunan Belajar
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
 



