Jumat, 05 September 2025

 Guru Juga Manusia, Tugas* *Mulia Butuh Biaya



Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah pejuang yang mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk generasi yang berilmu, berkarakter, dan berdaya saing. 

Namun, di balik gelar mulia itu, ada kenyataan pahit yang jarang diperhatikan: guru juga manusia. Mereka tidak hanya butuh pengakuan moral, tetapi juga dukungan nyata berupa kesejahteraan dan biaya hidup yang layak.

Al-‘Alaq dan Tuntunan Belajar


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 

(QS. Al-‘Alaq : 1-5).

TIDAK dapat dimungkiri bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim di mana pun dan kapan pun berada. 

Kamis, 07 Agustus 2025

Pendukung penjajah mengarahkan Genosida.


Tidak hanya pendukung penjajah, tapi juga yang mengarahkan genosida.

AS telah menjadikan Jalur Gaza menjadi tempat uji coba dan perusahaan-perusahaan besar di sana, telah mengolah Jalur Gaza menjadi keuntungan!. Sebuah laporan mengejutkan yang dilansir surat kabar Inggris The Guardian membahas keuntungan besar yang diperoleh perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam genosida.

Jumat, 01 Agustus 2025

Shihatul Intima’, Loyalitas Yang Benar

(Ust Amang Syafruddin) 

Dalam berorganisasi/amal jama’i, afiliasi, keanggotaan, keterikatan dan keikutsertaan seorang a’dho jama’ah dalam aktivitas dakwah harus di atas landasan intima yang benar, jelas dan pasti. Bukan intima yang semu, mengambang dan bercabang. Sebagaimana Allah SWT berfirman

Sabtu, 26 Juli 2025

Kemenangan Antara Kekuatan dan Kecerdasan Membaca Momentum. 




Dalam dunia strategi, kemenangan bukan hanya soal kekuatan, tapi soal kecerdasan membaca momentum. Musuh yang kuat bisa dilumpuhkan bukan dengan benturan langsung, melainkan dengan umpan diberi ilusi kemenangan yang seolah sudah di depan mata. 

Jumat, 25 Juli 2025

Hijrah Bagi Para Aktivis Da'wah


Dr. Hudayat Nurwahid

Dalam suasana tahun baru hijrah ini, kita teringat kejadian 1422 tahun lalu, ketika penduduk Madinah mengeluk-elukan datangnya cahaya baru, era baru, semangat baru yaitu kedatangan Rasulullah SAW. Ketika beliau berhijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Anshor menyambutnya dengan Sholawat Badar (thola’al badru). 

Minggu, 20 Juli 2025

Berdamai dengan Apa yang Tidak Bisa Diubah





Semakin kamu menolak kenyataan, semakin hidup akan menghukummu.

Penolakan terhadap realita bukanlah bentuk kekuatan. Justru, itu cara halus untuk memperpanjang luka.

Menurut riset yang diterbitkan dalam Journal of Happiness Studies, penerimaan terhadap aspek-aspek yang tidak bisa kita kontrol adalah salah satu faktor utama kebahagiaan jangka panjang. Ini selaras dengan prinsip Stoikisme dan temuan psikologi modern: hidup yang sehat bukan dibangun di atas ambisi semata, tapi juga keberanian menerima hal-hal yang tak bisa diubah.

Seorang karyawan kehilangan pekerjaannya karena efisiensi perusahaan. Ia marah, merasa diperlakukan tidak adil, lalu menyalahkan keadaan selama berbulan-bulan. Sementara itu, rekan kerjanya yang juga terkena dampak langsung membuat portofolio baru dan justru diterima di tempat yang lebih baik. Bedanya bukan pada situasinya, tapi pada cara mereka menerima situasi.

Penerimaan bukan tanda menyerah. Ia bukan tentang pasrah tanpa daya. Justru penerimaan adalah langkah pertama untuk kembali berdaya. Dalam bukunya The Gift, Edith Eger yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi, menulis: *"Penderitaan tidak datang dari apa yang terjadi, tapi dari penolakan atas kenyataan itu."*

Berikut tujuh hal yang jika kamu terima, hidupmu akan jauh lebih ringan dan sehat secara mental.

*1 Tidak Semua Orang Akan Menyukaimu*
Mark Manson dalam The Subtle Art of Not Giving a Fck* menegaskan bahwa menjadi diri sendiri berarti berani tidak disukai. *Upaya untuk menyenangkan semua orang akan membuatmu kehilangan arah dan identitas.* Menerima bahwa sebagian orang akan salah paham terhadapmu adalah kebebasan yang tidak ternilai.

*2 Masa Lalu Tidak Akan Berubah*
Filsafat Stoik menyarankan kita untuk *fokus pada apa yang bisa dikendalikan*. Masa lalu tidak termasuk di dalamnya. Tapi kita bisa mengubah maknanya. Dalam Man's Search for Meaning, Viktor Frankl menunjukkan bahwa makna tidak ditentukan oleh kejadian itu sendiri, tapi oleh cara kita melihatnya sekarang.

*3 Kamu Akan Gagal*
Gagal bukan kemungkinan, tapi kepastian jika kamu hidup dengan berani. Orang yang menerima kemungkinan gagal akan lebih fleksibel dalam mencoba. Thomas Edison gagal ribuan kali, tapi dia tidak mengidentifikasi dirinya dengan kegagalannya. Ia melihatnya sebagai bagian dari proses.

*4 Orang Tua Tidak Sempurna*
Menerima bahwa orang tuamu bisa saja salah, menyakitimu, atau tidak memahami cara mencintai yang kamu butuhkan, bukan bentuk pengkhianatan. Itu justru bentuk kedewasaan. Edith Eger menulis bahwa *hanya dengan menerima ketidaksempurnaan masa lalu, kita bisa membangun masa depan yang utuh.*

*5 Hidup Tidak Selalu Adil*
Keadilan bukan sesuatu yang selalu hadir dalam pengalaman manusia. Menerima ketidakadilan bukan berarti merelakannya terus terjadi, tapi *menyadari bahwa hidup memang kadang tidak memberi sesuai ekspektasi*. Ini melepaskanmu dari kemarahan yang tak berujung.

*6 Waktu Tidak Bisa Diperlambat*
Kamu akan menua. Tubuh akan berubah. Kesempatan tidak selamanya ada. Menerima realitas waktu akan membuatmu lebih menghargai hari ini. Seperti yang ditulis Seneca dalam On the Shortness of Life, _"Bukan waktu yang singkat, tapi kita yang menyia-nyiakannya."_

*7 Kamu Tidak Bisa Mengontrol Perasaan Orang Lain*
Kamu bisa berbuat baik, tapi kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk memaafkan. Kamu bisa jujur, tapi tak bisa menuntut orang untuk percaya. Menerima batas pengaruh kita membuat hubungan menjadi lebih sehat dan membebaskan kita dari rasa bersalah yang tak perlu.

*Penerimaan adalah bentuk keberanian yang paling sunyi.* Tidak riuh. Tidak menggelegar. Tapi ia adalah fondasi dari kebijaksanaan. Karena sebelum kamu melangkah maju, kamu harus berdamai dengan apa yang tak bisa kamu ubah.

-----