Senin, 18 November 2024

JIKA THE WINNER SAJA BUTUH ISTIGHFAR





*Jika sudah jadi pemenang pun butuh istighfar, apalagi mereka yang sedang bersusah payah tertatih² berjuang untuk menang?* 

■ *Pertama. (QS alBaqarah: 127-128).* 

Ayah dan sang anak, yang keduanya Nabi Allah itu, telah menuntaskan pekerjaan agung yang menjadi pusat ritual peribadatan yang sangat panjang. Membangun pondasi rumah Allah (Ka'bah) yang tak henti dikunjungi ummat Islam sedunia, tak henti berputar² mengelilinginya. Alih² merayakan kemenangan. Bahkan mereka tersungkur merendahkan diri memohon agar amalnya diterima, dan memohon ampunan. Adab mereka ini lalu Allah ajarkan kepada kekasihnya Rasulullah, untuk disampaikan kepada ummat Islam, termasuk para pejuang Islam. 

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa dengan begitu khusyu' dan merendahkan diri): "Ya Rabb kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Mengetahui niat² kami). 

Seringkali Allah menyuruh hamba-Nya untuk berdzikir menyebut nama-Nya seusai melakukan suatu amal. 

Wahib bin al-Wardi suatu ketika membaca ayat ini ia menangis dan berkata: wahai engkau kekasih Allah! kamu telah mendirikan rumah-Nya dan engkau merasa tidak diterima jerih payah dan pengorbananmu.

Lalu, Ibrahim melanjutkan doanya, juga memikirkan pewarisan (kaderisasi) guna estafeta dakwah ini, juga beristighfar bertaubat. 

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ 

Wahai Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang teguh di atas Islam, lagi tunduk patuh terhadap hukum²Mu, dan jadikanlah keturunan kami umat yang tunduk kepada Mu dengan keimanan, dan ajarkanlah dengan jelas kepada kami rambu² tata cara ibadah kepada Mu, dan hapuskanlah dosa-dosa kami. Sesungguhnya Engkau banyak menerima taubat hamba²Mu dan memberi rahmat. 

Alangkah indahnya adab mereka kepada Allah! 

■ *Kedua. (QS an-Nashr).* 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا 

Inilah surah yang menceritakan saat Rasulullah bersama sahabatnya menang. Membebaskan Kota Mekah, setelah sekian lama terusir dari tanah kelahiran, dan masuk Islamnya orang² Arab secara berbondong². 

Kata (نصر الله) menunjukkan bahwa kemenangan itu dinisbatkan kepada Allah karena memang sumber kemenangan dariNya semata. Kata ini juga menunjukkan bahwa kemenangan ini bukanlah sembarang kemenangan. 

Rasulullah memang melihat kemenangan itu secara langsung dengan mata kepala sendiri (رأيت), betapa penduduk Makkah, dan beliau juga mendapat berita bahwa penduduk jazirah Arab termasuk Madinah juga berbondong-bondong masuk Islam. 

Inilah taujih Rabbani saat datang pertolongan Allah dan berhasil menang. Rasulullah diperintahkan bertasbih, tahmid dan istighfar. Menyadari bahwa kemenangan itu datang dari Allah. Karenanya harus mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan-Nya, bersyukur dan memohon ampunan. 

Karena Allah telah menjadikan mereka sebagai pemegang amanat melaksanakan dakwah-Nya dan menjaga agama-Nya. Beristighfar dari rasa bangga dan sombong yang kadang menyelinap ke dalam jiwa saat kemenangan tiba. Juga beristighfar atas perasaan dan sikap yang boleh jadi menyertai saat perjuangan panjang. 

Rasulullah mensyukuri nikmat pengampunan Allah ini dengan pengampunan kepada seluruh penduduk Makkah, memaafkan mereka meskipun dulu menyakitinya. Saat sebagian sahabat berseru "haadza yaumul malhamah" (ini adalah hari pertempuran pembalasan), Rasulullah menegur dengan bersabda "haadza yaumul marhamah" (ini adalah hari kasih sayang). 

■ *Ketiga. (QS adz-Dzariyat: 15-19).* 

Inilah kisah _the winner_ berikutnya. Cerita tentang penduduk surga.

إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ

Mereka berada di taman² dan mata² air yang indah. Orang² yang menjaga taqwanya. 

ءَاخِذِينَ مَآ ءَاتَىٰهُمْ رَبُّهُمْ

Allah mengabulkan segala keinginan mereka dari berbagai macam kenikmatan. Merekapun menerima dengan penuh ridho, jiwa yang berbahagia. 

Lalu Allah ceritakan agenda mereka saat di dunia. Maka perhatikanlah.  

ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang berbuat baik di dunia, menjaga amal² shalih, memperjuangkan alhaq dengan dasar ikhlash dan taat. 

Kalimat إِنَّهُمْ bermakna Li annahum, bahwa mereka memang pantas menerima hal itu. 

Apa yang mereka lakukan di akhir malam jelang Subuh saat Allah memberi mereka umur di dunia? 

وَبِٱلْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Lisannya beristighfar memohon ampunan Rabb nya, sambil berlinang air mata. Padahal... mereka memohon ampun bukan karena lalai apalagi bermaksiat malam itu. Justru mereka malam berhasil menahan kantuk, mengurangi waktu tidur. Mereka padahal baru saja berdiri panjang qiyamullail, tilawah alQur'an, berkhalwat dengan Rabbnya. 

كَانُوا۟ قَلِيلًا مِّنَ ٱلَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ 

Itulah mereka saat di dunia. Meski seharian letih berbuat baik dan penuh dengan agenda dakwah. 

Ya. Setelah menuntaskan agenda² penting itu malam itu, bukan bangga, merasa cukup, atau bahkan ujub. Mereka sudah berhasil menang di dunia hingga pantas mendapat surga. Bahkan mereka memohon ampunan. 

 *Ya Rabb. Jika mereka saja, the winner, diperintahkan beristighfar sebagai adab, apalagi kami ini yang harus berjuang keras untuk memenangkan dakwah ini dengan segala keterbatasan dan kelemahan. Padahal kamilah yang harusnya memperbanyak istighfar agar Engkau berkenan membantu kami...*

#inspirasiIndonesia.

Kamis, 17 Oktober 2024

Presiden dan Orang Orang Dekatnya

Sambil menunggu "pengumuman" baca dulu tulisan ini:

oleh: aunur rafiq saleh


وَا صْبِرْ  نَـفْسَكَ  مَعَ  الَّذِيْنَ  يَدْعُوْنَ  رَبَّهُمْ  بِا لْغَدٰوةِ  وَا لْعَشِيِّ  يُرِ يْدُوْنَ  وَجْهَهٗ  وَلَا  تَعْدُ  عَيْنٰكَ  عَنْهُمْ   ۚ تُرِ يْدُ  زِ يْنَةَ  الْحَيٰوةِ  الدُّنْيَا   ۚ وَ  لَا  تُطِعْ  مَنْ  اَغْفَلْنَا  قَلْبَهٗ  عَنْ  ذِكْرِنَا  وَا تَّبَعَ  هَوٰٮهُ  وَكَا نَ  اَمْرُهٗ  فُرُطًا


"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas." (QS. Al-Kahf: 28)

Korespondensi Nabi Muhammad SAW dengan Penguasa-Penguasa Di Sekitar Jazirah Arab

 


Korespondensi Nabi Muhammad SAW dengan penguasa-penguasa di sekitar Jazirah Arab merupakan bagian dari dakwah beliau yang bertujuan untuk menyebarkan Islam ke luar wilayah Arab. Pada masa Nabi, sekitar tahun 6-7 Hijriah (627-629 M), beliau mengirim surat-surat kepada sejumlah raja, kaisar, dan penguasa yang berkuasa di wilayah-wilayah sekitar Jazirah Arab.

Surat-surat ini disampaikan oleh utusan-utusan Nabi, yang mengajak para penguasa tersebut untuk menerima Islam. Berikut adalah beberapa penguasa yang menerima surat dari Nabi Muhammad SAW:

1. Kaisar Heraclius (Byzantium)

 

Nabi mengirim surat kepada Kaisar Heraclius, penguasa Kekaisaran Bizantium, yang pada saat itu merupakan salah satu kekaisaran terbesar di dunia. Surat ini dikirim melalui utusan Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Heraclius tidak memeluk Islam, tetapi menunjukkan sikap hormat terhadap Nabi dan ajarannya.

Sabtu, 28 September 2024

Penghalang Hidayah (Pelajaran dari Wafatnya Abu Thalib)



Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh 

Kisah Kematian Abu Thalib, menginggatkan kita minimal 3 SEBAB PENGHALANG HIDAYAH. Abu Thalib adalah seorang yang berilmu, sangat dekat dan seringkali didakwahi oleh guru terbaik umat islam yaitu Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam. 

Namun mengapa Abu thalib tidak mendapat hidayah?

SEBAB 1 : 
KAWAN YANG BURUK

Berteman dengan orang orang yang buruk dapat menjerumuskan seseorang dalam kesesatan dan terhalang mendapatkan hidayah

Allah Ta'ala Berfirman :

Tafsir Ibnu Katsir, ayat QS. Al-Hasyr: 14




Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat QS. Al-Hasyr: 14 yang berbunyi :

"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti,"

merujuk kepada sifat kaum yang memusuhi Islam, khususnya Bani Nadhir dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya yang berada di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka terlihat bersatu di hadapan orang-orang Muslim, seolah-olah mereka memiliki kekuatan dan solidaritas yang kuat. Namun, di balik tampilan tersebut, mereka sebenarnya sangat lemah dan terpecah belah. Hati mereka dipenuhi dengan permusuhan satu sama lain dan mereka tidak memiliki kesepakatan yang sebenarnya di antara mereka.

Rabu, 04 September 2024

AGUL KU PAYUNG BUTUT




Setelah Allah menciptakan Adam, mengajarkan nama-nama kepadanya, meminta para malaikat menyampaikan nama-nama tersebut -yang ternyata mereka tak mampu menyebutkannya; Dia perintahkan makhluk terbuat dari cahaya, itu agar bersujud kepada Adam. 

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Maka, mereka pun sujud, kecuali iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir (QS. Al-Baqarah: 30).

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku perintahkan kepadamu?" Menjawab iblis, "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al'A'raf: 12).

Rasulullah saw. suatu hari memanggil seluruh keluarga, semuanya lengkap dengan nasab mereka satu persatu. Lalu, beliau bersabda:

"Wahai golongan orang Quraisy', peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani Abdi Manaf, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. 

Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. 

Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa saja yang kamu mau (dari hartaku), sungguh aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah." (HR. Bukhari).

Dalam kesempatan lain, Nabi saw. bersabda, "Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek-moyang mereka .... (HR. Tirmidzi).

"Wahai manusia, ketahuilah bahwa Tuhan kalian adalah satu, dan bahwa nenek moyang kalian adalah satu. 

Ingatlah bahwa tidak ada keunggulan bagi seorang Arab atas non-Arab; atau sebaliknya, dan tidak ada keunggulan bagi orang yang berkulit putih atas kulit hitam, atau sebaliknya, kecuali dengan ketakwaan." (HR. Ahmad).

Imam Thawus bin Kaisan, ulama besar Yaman, pernah melihat Imam Ali Zainal Abidin cucu Ali bin Abi Thalib ra., cicit Rasulullah saw., berdiri di bawah naungan ka'bah; sedang meratap, bermunajat, dan berdoa sambil menangis.

Thawus bertanya, "Wahai cucu Rasulullah, kulihat Anda dalam keadaan demikian padahal Anda memiliki 3 keutamaan yang saya kira bisa mengamankan Anda dari rasa takut."

Imam Ali Zainal Abidin berkata, "Apakah itu, wahai Thawus?"

Thawus menjawab, "1. Anda adalah keturunan Rasulullah saw. 2.  Anda akan mendapatkan syafaat dari kakek Anda, & 3. Rahmat Allah bagi Anda."

Ali Zainal Abidin berkata, "Wahai Thawus, garis keturunanku dari Rasulullah tidak menjamin keamananku setelah kudengar firman Allah:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ

… kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka hari itu …" (QS. Al-Mu'minun: 101).

Ia lalu melanjutkan, "Adapun tentang syafaat kakekku, Allah Swt. telah menurunkan firman-Nya:

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

 "Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah." (QS. Al-Anbiya: 28).

Sedangkan mengenai rahmat Allah, lihatlah firman-Nya:
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

 "Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat pada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-A'raf: 56).


Kemuliaan nasab tidak menjadikannya sombong dan tidak merasa aman dari azab, bahkan cicit Nabi saw itu, sering berdoa sambil menangis memohon ampunan dari Allah.

Rasulullah saw pun bersabda, "Barang siapa yang lambat amalnya, maka kemuliaan nasabnya tidak bisa mempercepatnya." (HR. Muslim).

Yang menyampaikan semua itu adalah orang paling mulia, Rasulullah saw. dan -seorang yang sangat jelas nasabnya menyambung kepada Kanjeng Nabi saw.

Imam Ali Zainal Abidin adalah seorang yang dermawan, penyabar, rendah hati, santun dalam berbicara, dan memiliki hati yang bersih.

"Bagaimana kalau kita, orang biasa-biasa ini, mengaku keturunan Nabi -dengan bukti atau tidak; dan suka berkata atau bersikap kasar; serta merasa bisa memberikan keselamatan di akhirat?"

"Itu menyelisihi Al-Quran dan hadits Nabi saw. -yang mengajarkan bahwa mulianya seseorang bukan karena keturunan atau nasab, melainkan lantaran ketakwaannya."

Di antara tanda-tanda orang bertakwa, selain ibadahnya kepada Allah sangat banyak, adalah kepada manusia dia lemah lembut -dalam kata dan sikap, tidak suka menyakiti orang lain; seperti dipesankan seorang ibu kepada anaknya, dalam lagu "Jang"- yang viral itu:

Jang, sing jadi jalma hadé/ Nak, jadilah orang hebat.
Sing jadi jalma gedé/ Jadilah orang besar.
Beunghar harta, jembar hate/ Kaya harta, kaya hati.

----------
Sing pinter tur bener/ Pintar dan benarlah, senantiasa
Sing jujur tong bohong/ Jujurlah, jangan berbohong

Ulah nganyerikeun batur/ Jangan menyakiti hati orang lain
Ngarah hirup loba dulur/ Agar hidup banyak saudara

Raksa ucap lampah/ Jaga kata dan perbuatan
Tékad jeung tabéat/ sikap dan perbuatan

Ngarah pinanggih bagja/ Agar kau bahagia
Salamet dunya akhérat/ Selamat dunia-akhirat

Jang, jang, sing jadi jalma soléh/ Nak, nak, jadilah orang salih.


Hal harus bersikap santun, diajarkan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun -orang pilihan Tuhan, paling mulia, bahkan ketika menghadapi manusia paling kejam sekalipun, Fir'aun:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٤٣ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut; mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS. Thaha: 43-44).

Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menyebutkan bahwa ayat di atas mengandung pelajaran yang agung. 

Meskipun kepada manusia paling kejam, sedangkan Musa adalah nabi mulia; tetapi beliau tetap diperintah untuk berkata lembut, bukan dengan perkataan yang kasar, apalagi disertai sikap yang kasar.

Merasa lebih mulia dari orang lain, mengaku  turunan orang suci, berkata dan bersikap kasar kepada sesama -sambil menyebut-nyebut ajaran agama -untuk mendukungnya; tidak sesuai dengan ajaran Quran dan menyalahi Hadits.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat:13). 

إنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

"Sesungguhnya orang paling baik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." (HR. Ahmad).

Al-Quran menyebutkan bahwa yang membuat seseorang mulia, bukan karena nasab, melainkan sebab takwanya. Hadits menegaskan bahwa orang yang paling baik adalah yang paling bagus akhlaknya.

Bagi saya pribadi, keturunan atau bukan keturunan manusia suci, siapa pun dia -sepanjang berakhlak baik, tetap harus dihargai dan dihormati. "Sayangilah yang di Bumi, Engkau akan Dikasihi oleh yang di Langit!" 

Bilal yang berkulit hitam dan tak ada hubungan nasab dengan Nabi Muhammad saw, tapi karena akhlak dan amal salihnya yang bagus, disayangi Kanjeng Nabi saw dan dimuliakan Allah Swt. Orangnya masih hidup, namanya sudah terdaftar di surga.

Iblis bersikap sombong. tak mau sujud kepada Adam dan membangkang terhadap perintah Tuhan sebab ia merasa memiliki asal-muasal atau "nasab" yang lebih mulia dari Nabi Adam as. 

Sikap sombong akan mencelakakan diri sendiri:

"Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu." (HR. Muslim)

Sombong dan merasa lebih karena memiliki sesuatu dalam bahasa Jawa Barat disebut agul. Asal-muasal, nenek moyang, leluhur, atau nasab; orang Sunda menyebutnya karuhun.

Sombong, merasa lebih mulia dari yang lain karena karena semua hal itu adalah Agul ku Karuhun.  Seolah, nenek moyang atau karuhun bisa melindungi di hari akhir, nanti. 

Sesuatu yang sehari-hari bisa melindung (dari panas dan hujan -apalagi di Bogor) adalah payung. Kalau payungnya sudah tua, telah bertahun-tahun tak ganti; batang penyangganya banyak yang patah, kainnya sobek-sobek; disebut payung butut. 

Berbangga-bangga dengan nenek moyang atau karuhun, orang tua Sunda bilang: "Agul ku Payung Butut!"


Ciomas, 4 September 2024, bakda Ashar. Salam, Jr.

MALAIKAT, TAHU DARI MANA ?



Minggu ketiga Agustus, di sebuah lembah yang hijau dengan tetanaman, udaranya sejuk, dan banyak bunga-bunga -indah menawan, di Parongpong, Lembang; sambil duduk di bangku yang dipasang di atas rerumputan, seorang senior bertanya kepada saya:

"Ketika Tuhan hendak menciptakan manusia, kan para malaikat protes, mengapa Allah mau menciptakan makhluk yang akan menumpahkan darah. Pertanyaannya, dari mana malaikat tahu hal itu?"

"Pada sebuah sidang paripurna, Allah berfirman kepada para malaikat:

إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ---- 
'Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi.'"

Kita ketahui, sebagaimana para wakil rakyat di DPR atau tim pembela dalam sidang di pengadilan, para malaikat mangajukan keberatan, "Objection!" seraya mereka berkata:

أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

'Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' 

"Iya, dari mana malaikat tahu akan hal itu?"

"Paling tidak, ada 2 penafsiran."

"Apa itu?"

"Pertama, Allah pernah menginfokan kepada para malaikat, suatu saat, sebelum rapat pleno tsb. mengenai makhluk baru yang akan diciptakan itu.

Hal ini "terdeteksi" dari pernyataan para malaikat, segera setelah penciptaan itu -ketika Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam- dan meminta malaikat menyebutkan nama-nama itu.

Para malaikat tak bisa menjawab, tak tahu nama-nama itu. Lalu, mereka serentak berkata:

سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ
"Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami..."

Malaikat hanya mengetahui sesuatu, setelah Allah berikan ilmunya kepada mereka. Jadi, dari ayat ini, ada penafsiran bahwa Allah pernah infokan sebelumnya kepada para malaikat tentang sifat makhluk yang namamya manusia.

"Kedua, pernah diciptakan makhluk berwujud sebagaimana manusia yang memang suka berbunuh-bunuhan. Mengenai makhluk dimaksud, ada dua pendapat juga, yaitu jin dan/atau manusia purba."

Jin diciptakan sebelum Adam dihadirkan ke dunia. Akan halnya manusia purba, telah ditemukan fosil-fosil berbentuk manusia dengan umur jauh lebih tua dari manusia modern.

James Ussher melakukan penelitian berdasarkan Old Testament (Perjanjian Lama) dan perbandingan kalender. Ia menyimpulkan bahwa Nabi Adam diciptakan pada tahun 4004 SM atau hidup 6.000 tahun lalu.

Antropolog UI, Ali Akbar, berdasarkan pembelajaran dari Al-Quran dan temuan para arkeolog sebelumnya, berpendapat Nabi Adam hadir ke bumi pada antara tahun 33.000-8.000 SM, atau maksimal 35 ribu tahun lalu.

Arkeolog itu mengatakan,"Saya cenderung ke 35.000 tahun SM, karena 10.000 SM itu ada situs Jericho, Gobekli Tepe, dan Gunung Padang. Dia harus lebih tua dari itu tapi tidak lebih dari 35.000 tahun karena itu adalah makhluk yang tinggal di gua." 

Fosil tengkorak perempuan gua yang diberi nama Mrs. Ples, telah terkubur selama ribuan tahun di gua-gua Afrika Selatan yang dikenal sebagai Cradle of Humankind (tempat kelahiran umat manusia).

Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sekelompok manusia purba sudah hidup di bumi antara 3,4 dan 3,7 juta tahun yang lalu.

Australopithecus africanusitu, yang fosilnya ditemukan di gua-gua Sterkfontein dekat Johannesburg, berusia kurang dari 2,6 juta tahun.

Manusia purba tertua di Indonesia ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 hingga 1941, mereka hidup pada 2-1 juta tahun yang lalu

Homo Soloensis yang diteliti tahun 1931-1934, diyakini telah ada sekitar 900.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.

Dalam kesempatan lain, orang yang berbeda, bertanya, "Kalau Tuhan sudah tahu bahwa manusia akan membuat kerusakan di muka bumi, mengapa tetap Ia ciptakan?"

"Seorang ibu mengetahui bahwa bayinya yang sedang ia susui, anak balitanya yang lucu, putra/i remajanya yang senantiasa ceria; suatu saat ketika anak-anak itu sudah dewasa, berpotensi berbuat salah kepada ibunya. 

Akan tetapi kasih sayang ibu terhadap anaknya melampaui potensi kenakalan yang mungkin akan dilakukan anak-anaknya, kelak.

Dengan konsekuensi kenakalan anak versus kasih sayang; seorang ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau yang sedang membesarkan anak remajanya; memutuskan untuk tetap melahirkan, menyusui, dan membesarkan mereka.

Akan halnya penciptaan itu, dari ayat di atas disebutkan bahwa makhluk yang mau diciptakan ini dijadikan khalifah. 

Ustaz Quraisy Shihab menyebutkan makna khalifah di sini adalah memelihara bumi, melakukan kebaikan, dan mengantar segala tujuan penciptaannya. Manusia akan melakukan itu, yang tidak dilaksanakan oleh makhluk sebelumnya. Mereka bukan sebagai khalifah.

Kemudian, seperti kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, walau Tuhan pasti sudah tahu bahwa (sebagian) manusia akan berbuat salah dan dosa; tapi kasih sayang Gusti Allah kepada makhluknya jauh melebihi itu semua. Rahmat Tuhan mendahului murka-Nya.


Wallahu a'lam. Ciomas, 3 September 2024; bakda Zuhur. Salam, Jr.