(H-6 Hari Ayah Nasional)
@ Cahyadi Takariawan
Hari ini, Kamis 6 November 2025, adalah H-6 dari Hari Ayah Nasional yang diperingati setiap 12 November. Sebuah momentum untuk mengingatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Ayah adalah sosok yang menjadi pelindung dan penjaga keluarga. Seperti apapun kondisi keluarga, seorang ayah harus tetap berjuang untuk melindungi dan menjaga keluarga dari bahaya.
Al-Qur’an mengabadikan sosok ayah yang berusaha dan berjuang keras menjaga serta melindungi anaknya. Ini adalah kisah Nabi Nuh yang berjuang mendidik, menjaga, melindungi dan mengasihi anaknya sepenuh hati.
وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir” (QS. Hud:42)
قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" (QS. Hud: 43)
قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang“ (QS. Hud: 43)
Dalam kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dijelaskan, Nuh adalah ayah yang sangat gelisah dengan kondisi anaknya. Sayang, sang anak tidak peduli.
يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ.
وَلَكِنَّ الْبُنُوَّةَ الْعَاقَّةَ لَا تَحْفِلُ بِالْأُبُوَّةِ الْمُلْهُوفَةِ، وَالْفُتُوَّةُ الْمَغْرُورَةُ لَا تُقَدِّرُ مَدَى الْهَوْلِ الشَّامِلِ
“Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”
“Namun, anak yang durhaka tidak peduli pada ayah yang penuh kegelisahan. Dan pemuda yang tertipu oleh kesombongan tak mampu memahami besarnya bencana yang melanda seluruh jagat” (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an).
قَالَ: سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ.
ثُمَّ هَا هِيَ ذِهِ الْأُبُوَّةُ الْمُدْرِكَةُ لِحَقِيقَةِ الْهَوْلِ وَحَقِيقَةِ الْأَمْرِ تُرْسِلُ النِّدَاءَ الْأَخِيرَ
Anaknya berkata: “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat melindungiku dari air.”
Lalu, inilah sosok ayah yang menyadari hakikat bahaya dan hakikat ketetapan Allah, menyeru dengan panggilan terakhir” (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an).
قَالَ: لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ.
لَا جِبَالَ، وَلَا مَخَابِئَ، وَلَا حَامٍ، وَلَا وَاقٍ، إِلَّا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ.
Ayahnya berkata: “Tidak ada yang dapat melindungi hari ini dari ketetapan Allah, kecuali orang yang dirahmati-Nya.”
“Tidak ada gunung, tidak ada tempat persembunyian, tidak ada pelindung, tidak ada penyelamat — kecuali orang yang dirahmati Allah” (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an).
Meskipun dalam kisah tersebut Nuh tidak berhasil menyelamatkan anaknya, namun Nuh adalah sosok ayah yang sangat bertanggung jawab. Ia berjuang untuk menjaga, melindungi dan mengasihi anak-anaknya.
Pelajaran pentingnya adalah, ayah harus totalitas berjuang untuk menjaga dan menyelamatkan keluarganya dari api neraka. Jadi, sekuat apa engkau berjuang untuk menjaga dan melindungi anak-anakmu dari api neraka? Sudah berjuangkah?
Enam hari lagi kita akan melaunching Gerakan Nasional Kumpul Keluarga. Supaya para ayah selalu ingat untuk menjalankan peran pengasuhan. Agar para ayah menyempatkan waktu berkumpul dengan keluarga dan menikmati kebersamaan yang bermakna.
Save the date.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar