Dr. Hudayat Nurwahid
Dalam suasana tahun baru hijrah ini, kita teringat kejadian 1422 tahun lalu, ketika penduduk Madinah mengeluk-elukan datangnya cahaya baru, era baru, semangat baru yaitu kedatangan Rasulullah SAW. Ketika beliau berhijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Anshor menyambutnya dengan Sholawat Badar (thola’al badru).
Suasana suka cita kaum Anshor dalam menanti dan menyambut kedatangan Rasulullah SAW adalah suatu hal yang sangat wajar, dan kemudian kita melihat bagaimana aktifitas Hijrah Rasulullah SAW memunculkan sebuah peradaban baru, sebuah masyarakat baru dan sebuah pembuktian konkrit ber-Islam pada dataran ekonomi, sosial, politik dan dakwah.
Hijrah merupakan sebuah kata kunci untuk memunculkan peradaban baru itu. Yang memindahkan masyarakat yang didera berbagai kesulitan, serba kekurangan, yang belum dapat memunculkan kejayaan Islam dan peradaban Islam ke sebuah kawasan baru, pendukung baru, ke situasi baru dimana Islam bisa dimunculkan, diperjuangkan, dimenangkan dan disebarluaskan bahkan menjadi agama abadi yang rahmatan lil alamin.
Hijrah merupakan sebuah ungkapan yang memindahkan dari periode Mekah ke periode Medinah, dari periode Mekah yang ungkapannya adalah sekedar ’Wahai umat manusia’ pada periode Madinah yang ungkapannya’ Wahai orang-orang yang beriman’. Disini hijrah membawa sebuah peningkatan kualitas kemanusiaan dari sekedar manusia menjadi manusia yang beriman.
Hijrah juga membawa sebuah perubahan dari sekedar masyarakat yang diam menjadi masyarakat yang berpindah menuju munculnya sebuah peradaban. Itulah sebabnya hijrah Rasulullah berhasil merubah sebuah kota yang namanya Yatsrib menjadi namanya Al Madinah bahkan menjadi Al Madinah al Munawaroh yaitu sebuah kota yang memiliki peradaban yang dicerahkan oleh nilai-nilai Islam.
Salah satu kunci keberhasilan Rasulullah dalam hijrahnya secara konkrit dapat memunculkan persaudaraan (ukhuwah) dikalangan umat Islam yaitu Muhajirin dan Anshor.
Hijrah membawa kepada persatuan umat. Sekalipun bukan berarti bahwa persatuan itu artinya persetujuan dengan adanya kemungkaran-kemungkaran, tapi persatuan ini dilakukan dalam rangka menegakan syariat Allah dan dalam rangka ber-amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Dengan hijrah ini kita sebagai aktivis partai da’wah harus dapat membuktikan kembali bahwa hijrah adalah sesuatu yang memiliki makna.
Maka sangat benar bila Umar bin Khatab menjadikan hijrahnya Rasulullah SAW sebagai tonggak untuk munculnya penanggalan baru. Artinya ada sebuah kebudayaan baru dan memang hijrah menghasilkan kebudayaan baru.
Saat ini kita memperingati datangnya kembali tahun baru Hijriah. Momentum ini kita pergunakan untuk melecut kembali niat ikhlas kita, semangat kita, kepedulian kita, pemahaman kita untuk berhijrah dari suasana sebelum datangnya tahun baru hijriyah pada suasana baru setelah tahun baru hijrah ini datang.
Kita berhijrah dari pemahaman kita dalam berpartai hanya sekedar aktif ke aktif yang kontributif. Dari sekedar aktif kontributif pada orpol biasa ke aktif dan kontributif pada sebuah parpol yang pada dirinya juga sekaligus partai dakwah.
Barangkali pada masa lalu banyak aktivitas kita yang terfokus pada politik murni, kedepan kita berhijrah untuk mengembalikan partai da’wah ini pada asholah-nya, karena da’wah ini juga sangat mementingkan selain pada faktor politik tapi juga faktor kaderisasi, faktor tarbiyah, faktor pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, pendidikan rumah tangga, sosial dan tak kalah penting faktor kelanjutan dari tradisi moralitas berpolitik.
Kita juga harus berhijrah dari sekedar aktif kontributif dalam partai da’wah pada tingkat kontributif pada internal partai dakwah menuju masyarakat yang lebih luas yang telah lama melihat kiprah kita. Mereka menanti dan berharap terhadap peran dari PKS melalui kajiankajian, aktivitas pendidikannya, tulisannya, taklim-taklimnya, dan kepeduliannya.
Disini kita akan memberikan pembuktian bahwa partai da’wah yang kita perjuangkan akan dirasakan peran positifnya oleh masyarakat banyak sehingga menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.
Hijrah juga memunculkan pemahaman kehidupan plural yang penuh maslahat dalam konteks ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Itulah yang dimunculkan Rasulullah dalam Piagam Madinah. Karenanya dalam konteks semacam ini apa yang dahulu dicontohkan Rasullah di Madinah harus dijadikan sebagai rujukan dalam meningkatkan semangat dalam mengisi tahun baru Hijriyyah.
Kita semua, para aktivis partai da’wah telah berikrar untuk berjuang mencapai kemulian Islam agar Islam ini menjadi rahmat bagi sekalian alam, oleh karena itu sangat perlu kembali berhijrah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang menciptakan sebuah peradaban.
Maka selayaknya bila kemudian tahun baru hijrah ini dijadikan sebagai momentum untuk melakukan aktivitas ke depan dengan semangat hijrah menuju Allah dan Rasulnya dengan cara yang diridhoi oleh Allah dan Rasulnya. Insya Allah dengan hasil yang telah dibuktikan oleh Allah dan Rasulnya melalui mujtama madani itu.
Selamat berhijrah, selamat berda’wah, selamat bertahun baru hijriyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar