Rabu, 09 Juni 2021

LARANGAN BERHUBUNGAN DENGAN JIN

 


Allah SWT menciptaan makhluknya ada yang bernyawa (makhluq hidup) dan ada pula yang tidak bernyawa (benda mati). Dan jin, adalah termasuk dalam kelompok makhluk yang bernyawa.

Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi, dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia (ghoib). Sedangkan setan ialah setiap yang durhaka baik dari golongan jin maupun manusia dan Iblis adalah pemimpinnya para setan.

Firman Allah,

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (QS. Al-A'raf: 27)


Asal Kejadian Jin

Kalau manusia diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas. Allah berfirman,

 “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr: 27)"

Rasulullah bersabda,

Malaikat telah diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari tanah (yang telah dijelaskan kepada kalian). (Muslim)

Bagaimana wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail.

Karena diciptakan dari api, maka siapapun yang telah dirasuki oleh jin (setan) atau siapapun yang mengikuti perintahnya, maka ia tidak akan merasakan ketenteraman jiwa, sebagaimana firman Allah:

“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”

 

Tempat-tempat Jin

Banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamaannya juga ada, di antara persamaan kita dengan jin adalah sama-sama menghuni bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia. Bangsa jin juga bisa tinggal bersama manusia di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia. Dan tempat yang paling disenangi jin adalah kamar mandi, tempat manusia membuka aurat.

Oleh karena itu, Agar aurat kita terhalang dari pandangan jin ketika kita akan membuka pakaian maka kita dapat membaca do’a Rosulullah berikut:

Anas bin Malik ra. Berkata bahwa Rosulullah saw bersabda, “Pembatas antara mata jin dan aurat Bani Adam adalah tatkala seorang muslim melepas pakaiannya, maka hendaklah ia berkata:

 “Dengan nama Allah yang tiada ilah melainkan Dia.” (HR. Ibnu Sunni)

Dan ketika kita akan masuk ke dalam WC, hendaknya kita berdoa

"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan perempuan." (HR. At-Turmudzi).

 

Jin Dapat Mengubah Bentuk

Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk.

Maka, kalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa, bukan wujudnya yang asli. Karena aslinya jin adalah termasuk salah satu makhluk ghaib yang Allah ciptakan.


Larangan Berhubungan dengan Jin

Sebagaimana malaikat, kita tidak dapat mengetahui informasi tentang jin serta alam ghaib lainnya kecuali melalui Al-Quran maupun Hadits yang shahih dari Rasulullah saw.

Allah SWT berfirman:

Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin: 26-27).

Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan mereka (para jin) secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun terjadi hubungan, maka kita berada pada posisi yang lemah, karena kita tidak dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita. Inilah salah satu penyebab mengapa kita dilarang untuk berhubungan dengan jin–apapun bentuk hubungan tersebut. Walaupun jin tersebut mengaku muslim.

Meskipun jin ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib, maka tidak mungkin muncul ketenteraman hati dan kepercayaan penuh bagi kita terhadap keislaman mereka, apakah benar jin yang mengaku muslim itu jujur dengan pengakuannya atau ternyata ia berdusta.

Kalau pun benar meraka adalah muslim, maka kita juga tidak mengetahui dan memastikan kebenaran pengakuannya karena kita tidak dapat melihat apalagi menyelidiki apakah mereka muslim yang baik dan taat kepada Allah atau sebaliknya.

Berhubungan dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya besar bagi pelakunya.

Dalil tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik.

Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:

Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)

Imam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Meminta perlindungan kepada selain Allah (salah satunya adalah jin) adalah syirik.”.

Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah.

Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam.

“ dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (Al-Jin (72): 14-15).

Berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Setan (dari kalangan jin) sering berbentuk wajah orang yang dimintai tolong, jika orang tersebut telah meninggal.”

Oleh karena itu, maka manusia tidak diperbolehkan meminta bantuan kepada jin baik untuk mengetahui perkara-perkara ghaib atau berdoa kepada mereka, mendekatkan diri kepada mereka, membuat kemenyan, maupun selainnya. karena itu adalah suatu bentuk kesyirikan.

Manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk melakukan muamalah (pergaulan) dengan sesama manusia, karena tujuan hubungan sosial adalah untuk melahirkan ketenangan hati, kerja sama yang baik, saling percaya, saling menyayangi dan saling memberi.

Semua itu dapat berlangsung dan terwujud dengan baik, karena seorang manusia dapat mendengarkan pembicaraan saudaranya, dapat melihat sosok tubuhnya, berjabatan tangan dengannya, melihatnya gembira sehingga dapat merasakan kegembiraan nya, dan melihatnya bersedih sehingga bisa merasakan kesedihannya.

Allah swt mengetahui fitrah manusia yang cenderung dan merasa tenteram bila bergaul dengan sesama manusia, oleh karena itu, Dia tidak pernah menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan dengan makhluk ghaib yang asing bagi manusia (Jin dan berhubungan dengannya).

Bahkan Allah swt tidak memerintahkan kita untuk berkomunikasi dengan malaikat sekalipun, padahal semua malaikat adalah makhluk Allah yang taat kepada-Nya.

Para nabi dan rasul alahimussalam pun hanya berhubungan dengan malaikat karena perintah Allah swt dalam rangka menerima wahyu, dan amat berat bagi mereka jika malaikat menampakkan wujudnya yang asli di hadapan mereka.

Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Rum: 21).

Makna “dari jenismu sendiri’ adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apapun bentuknya, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan.

Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik seperti yang dijelaskan di atas. Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah swt.

Di samping itu, tidak ada manusia yang dapat menundukkan jin sepenuhnya (taat sepenuhnya tanpa syarat) selain Nabi Sulaiman as dengan doanya:

Sulaiman berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. (Shad (38): 35).

Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billahi min dzalik.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita petunjuk dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini, dan Allah SWT melindungi dan menjaga kita dari segala tipu daya syaiton baik dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia.


Sumber dan Artikel Terkait :

http://tarbiyahsyamilah.blogspot.com/2014/11/larangan-berhubungan-dengan-jin.html

https://slideplayer.info/slide/12088950/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar