Kamis, 17 Oktober 2024

Korespondensi Nabi Muhammad SAW dengan Penguasa-Penguasa Di Sekitar Jazirah Arab

 


Korespondensi Nabi Muhammad SAW dengan penguasa-penguasa di sekitar Jazirah Arab merupakan bagian dari dakwah beliau yang bertujuan untuk menyebarkan Islam ke luar wilayah Arab. Pada masa Nabi, sekitar tahun 6-7 Hijriah (627-629 M), beliau mengirim surat-surat kepada sejumlah raja, kaisar, dan penguasa yang berkuasa di wilayah-wilayah sekitar Jazirah Arab.

Surat-surat ini disampaikan oleh utusan-utusan Nabi, yang mengajak para penguasa tersebut untuk menerima Islam. Berikut adalah beberapa penguasa yang menerima surat dari Nabi Muhammad SAW:

1. Kaisar Heraclius (Byzantium)

 

Nabi mengirim surat kepada Kaisar Heraclius, penguasa Kekaisaran Bizantium, yang pada saat itu merupakan salah satu kekaisaran terbesar di dunia. Surat ini dikirim melalui utusan Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Heraclius tidak memeluk Islam, tetapi menunjukkan sikap hormat terhadap Nabi dan ajarannya.

2. Kisra (Khosrow II) dari Persia

 

Nabi juga mengirim surat kepada Kisra, penguasa Kekaisaran Persia (Sassanid). Namun, Kisra Khosrow II merobek surat tersebut dengan angkuh. Sikap ini kemudian dibalas oleh Allah dengan runtuhnya Kekaisaran Persia dalam beberapa dekade setelahnya.


3. Raja Muqawqis (Mesir)

 

Raja Muqawqis adalah penguasa Mesir di bawah Kekaisaran Bizantium. Nabi Muhammad SAW mengirim surat melalui utusan Hatib bin Abi Balta’ah.

 

Meskipun Muqawqis tidak masuk Islam, ia menerima surat tersebut dengan baik dan mengirimkan hadiah berupa dua budak perempuan (salah satunya adalah Mariyah al-Qibtiyah yang kemudian menjadi istri Nabi), seekor bagal, dan beberapa hadiah lainnya.

 

4. Negus (Najashi) dari Abyssinia (Ethiopia)

 

Najashi, raja dari Abyssinia, dikenal karena melindungi umat Muslim yang hijrah ke sana pada masa-masa awal Islam. Saat menerima surat dari Nabi, Najashi menyatakan keimanannya kepada Islam, meskipun tidak tercatat bahwa ia pernah berperang atau mengirim tentara untuk membantu umat Muslim.

 

5. Harits bin Abi Syamar (Penguasa Syam/Ghassanid)

  

Nabi Muhammad SAW juga mengirim surat kepada Harits bin Abi Syamar, penguasa Ghassanid yang merupakan wilayah yang terletak di Syam dan di bawah pengaruh Bizantium. Namun, Harits menolak undangan untuk masuk Islam.

 

6. Raja-raja di Oman, Bahrain, dan Yaman

  

Beberapa raja di wilayah-wilayah ini menerima surat dari Nabi dan sebagian dari mereka menerima Islam, seperti Raja Jaifar dan ‘Abd al-Jalandi di Oman, dan Mundhir bin Sawa di Bahrain.

Korespondensi ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengadopsi pendekatan diplomasi dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus memperlihatkan hubungan antarnegara yang kompleks di sekitar Jazirah Arab pada masa tersebut.

Beberapa penguasa merespons dengan hormat, sementara yang lain menolak. Korespondensi ini juga menjadi bukti bagaimana Islam berkembang tidak hanya melalui dakwah di masyarakat Arab, tetapi juga dengan menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin politik dan agama lainnya.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar