Jumat, 20 September 2024

Tafsir Ibnu Katsir, ayat QS. Al-Hasyr: 14

Menurut **Tafsir Ibnu Katsir**, ayat **QS. Al-Hasyr: 14** yang berbunyi *"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti,"* merujuk kepada sifat kaum yang memusuhi Islam, khususnya **Bani Nadhir** dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya yang berada di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka terlihat bersatu di hadapan orang-orang Muslim, seolah-olah mereka memiliki kekuatan dan solidaritas yang kuat. Namun, di balik tampilan tersebut, mereka sebenarnya sangat lemah dan terpecah belah. Hati mereka dipenuhi dengan permusuhan satu sama lain dan mereka tidak memiliki kesepakatan yang sebenarnya di antara mereka.

Hal ini dikarenakan sifat mereka yang tidak memahami dan tidak menggunakan akal mereka dengan benar, karena mereka lebih mementingkan nafsu dan kepentingan duniawi daripada kebenaran dan keadilan. Persatuan mereka hanya sebatas kepentingan duniawi dan permusuhan terhadap Islam, namun tidak ada ikatan batin yang kuat di antara mereka.

Ayat ini juga menjadi peringatan bagi kaum Muslimin agar tidak terkecoh dengan penampilan lahiriah musuh yang tampak kuat dan bersatu, padahal sebenarnya mereka lemah dan mudah dikalahkan jika kaum Muslimin tetap berpegang teguh pada iman dan persatuan.

Tafsir ini menegaskan bahwa kekuatan sejati terletak pada persatuan yang didasari oleh iman kepada Allah, bukan semata-mata pada kekuatan materi atau jumlah pengikut.

**Bani Nadhir** adalah salah satu dari tiga suku Yahudi besar yang tinggal di sekitar Madinah pada masa Rasulullah SAW. Mereka hidup bersama dua suku Yahudi lainnya, yaitu **Bani Qainuqa'** dan **Bani Quraizhah**, sebelum dan selama awal kenabian Muhammad SAW. Bani Nadhir memiliki hubungan dengan kaum Muslimin setelah hijrah Nabi Muhammad ke Madinah, yang pada awalnya bersifat damai, dengan diikat perjanjian Piagam Madinah.

Latar Belakang Bani Nadhir
Bani Nadhir memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar dan pengaruh politik di Madinah. Mereka ahli dalam pertanian, khususnya dalam pengelolaan perkebunan kurma, dan juga terkenal karena benteng-benteng mereka yang kuat. Meskipun mereka mengakui adanya nabi yang akan datang sesuai dengan kitab suci mereka (Taurat), mereka menolak keras kenabian Muhammad SAW karena beliau tidak berasal dari kalangan Bani Israel.

Pengkhianatan Bani Nadhir
Bani Nadhir berkhianat terhadap perjanjian damai yang telah mereka buat dengan kaum Muslimin. Puncak pengkhianatan mereka terjadi ketika mereka bersekongkol dengan **suku Quraisy** dan musuh-musuh Islam lainnya untuk melawan Rasulullah. Mereka juga berupaya untuk membunuh Rasulullah SAW dengan cara melemparkan batu besar ketika Nabi SAW datang ke perkampungan mereka untuk menyelesaikan perselisihan. Tindakan ini melanggar perjanjian damai yang ada.

Karena pengkhianatan ini, Rasulullah SAW memberikan ultimatum kepada Bani Nadhir untuk meninggalkan Madinah. Mereka menolak dan memilih bertahan di dalam benteng-benteng mereka. Hal ini berujung pada pengepungan oleh kaum Muslimin. Setelah pengepungan yang berlangsung beberapa waktu, mereka akhirnya menyerah dan diusir dari Madinah. Sebagian besar dari mereka pergi ke Khaibar dan sebagian lagi ke Syam.

Tafsir Terkait QS. Al-Hasyr: 14

Dalam tafsir **Ibnu Katsir** terhadap **QS. Al-Hasyr: 14**, Bani Nadhir diambil sebagai contoh dari kaum yang tampak kuat dan bersatu melawan kaum Muslimin, tetapi sebenarnya di dalamnya mereka terpecah-belah dan tidak memiliki persatuan sejati. 

Walaupun secara lahiriah mereka memiliki benteng kuat dan kekuatan ekonomi, hati mereka penuh perselisihan satu sama lain. Mereka digambarkan sebagai kaum yang tidak mengerti (tidak berakal) karena mereka menolak kebenaran dan membiarkan kesombongan serta permusuhan menguasai mereka.

Ayat ini mengingatkan bahwa kekuatan yang tidak didasarkan pada iman dan kebenaran akan rapuh, bahkan jika tampaknya bersatu di permukaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar