Jumat, 20 September 2024

Tafsir Ibnu Katsir, ayat QS. Al-Hasyr: 14

Menurut **Tafsir Ibnu Katsir**, ayat **QS. Al-Hasyr: 14** yang berbunyi *"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti,"* merujuk kepada sifat kaum yang memusuhi Islam, khususnya **Bani Nadhir** dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya yang berada di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka terlihat bersatu di hadapan orang-orang Muslim, seolah-olah mereka memiliki kekuatan dan solidaritas yang kuat. Namun, di balik tampilan tersebut, mereka sebenarnya sangat lemah dan terpecah belah. Hati mereka dipenuhi dengan permusuhan satu sama lain dan mereka tidak memiliki kesepakatan yang sebenarnya di antara mereka.

Hal ini dikarenakan sifat mereka yang tidak memahami dan tidak menggunakan akal mereka dengan benar, karena mereka lebih mementingkan nafsu dan kepentingan duniawi daripada kebenaran dan keadilan. Persatuan mereka hanya sebatas kepentingan duniawi dan permusuhan terhadap Islam, namun tidak ada ikatan batin yang kuat di antara mereka.

Ayat ini juga menjadi peringatan bagi kaum Muslimin agar tidak terkecoh dengan penampilan lahiriah musuh yang tampak kuat dan bersatu, padahal sebenarnya mereka lemah dan mudah dikalahkan jika kaum Muslimin tetap berpegang teguh pada iman dan persatuan.

Tafsir ini menegaskan bahwa kekuatan sejati terletak pada persatuan yang didasari oleh iman kepada Allah, bukan semata-mata pada kekuatan materi atau jumlah pengikut.

**Bani Nadhir** adalah salah satu dari tiga suku Yahudi besar yang tinggal di sekitar Madinah pada masa Rasulullah SAW. Mereka hidup bersama dua suku Yahudi lainnya, yaitu **Bani Qainuqa'** dan **Bani Quraizhah**, sebelum dan selama awal kenabian Muhammad SAW. Bani Nadhir memiliki hubungan dengan kaum Muslimin setelah hijrah Nabi Muhammad ke Madinah, yang pada awalnya bersifat damai, dengan diikat perjanjian Piagam Madinah.

Latar Belakang Bani Nadhir
Bani Nadhir memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar dan pengaruh politik di Madinah. Mereka ahli dalam pertanian, khususnya dalam pengelolaan perkebunan kurma, dan juga terkenal karena benteng-benteng mereka yang kuat. Meskipun mereka mengakui adanya nabi yang akan datang sesuai dengan kitab suci mereka (Taurat), mereka menolak keras kenabian Muhammad SAW karena beliau tidak berasal dari kalangan Bani Israel.

Pengkhianatan Bani Nadhir
Bani Nadhir berkhianat terhadap perjanjian damai yang telah mereka buat dengan kaum Muslimin. Puncak pengkhianatan mereka terjadi ketika mereka bersekongkol dengan **suku Quraisy** dan musuh-musuh Islam lainnya untuk melawan Rasulullah. Mereka juga berupaya untuk membunuh Rasulullah SAW dengan cara melemparkan batu besar ketika Nabi SAW datang ke perkampungan mereka untuk menyelesaikan perselisihan. Tindakan ini melanggar perjanjian damai yang ada.

Karena pengkhianatan ini, Rasulullah SAW memberikan ultimatum kepada Bani Nadhir untuk meninggalkan Madinah. Mereka menolak dan memilih bertahan di dalam benteng-benteng mereka. Hal ini berujung pada pengepungan oleh kaum Muslimin. Setelah pengepungan yang berlangsung beberapa waktu, mereka akhirnya menyerah dan diusir dari Madinah. Sebagian besar dari mereka pergi ke Khaibar dan sebagian lagi ke Syam.

Tafsir Terkait QS. Al-Hasyr: 14

Dalam tafsir **Ibnu Katsir** terhadap **QS. Al-Hasyr: 14**, Bani Nadhir diambil sebagai contoh dari kaum yang tampak kuat dan bersatu melawan kaum Muslimin, tetapi sebenarnya di dalamnya mereka terpecah-belah dan tidak memiliki persatuan sejati. 

Walaupun secara lahiriah mereka memiliki benteng kuat dan kekuatan ekonomi, hati mereka penuh perselisihan satu sama lain. Mereka digambarkan sebagai kaum yang tidak mengerti (tidak berakal) karena mereka menolak kebenaran dan membiarkan kesombongan serta permusuhan menguasai mereka.

Ayat ini mengingatkan bahwa kekuatan yang tidak didasarkan pada iman dan kebenaran akan rapuh, bahkan jika tampaknya bersatu di permukaan.

Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat QS. Al-Hasyr: 14

Menurut **Tafsir Ibnu Katsir**, ayat **QS. Al-Hasyr: 14** yang berbunyi *"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti,"* merujuk kepada sifat kaum yang memusuhi Islam, khususnya **Bani Nadhir** dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya yang berada di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka terlihat bersatu di hadapan orang-orang Muslim, seolah-olah mereka memiliki kekuatan dan solidaritas yang kuat. Namun, di balik tampilan tersebut, mereka sebenarnya sangat lemah dan terpecah belah. Hati mereka dipenuhi dengan permusuhan satu sama lain dan mereka tidak memiliki kesepakatan yang sebenarnya di antara mereka.

Hal ini dikarenakan sifat mereka yang tidak memahami dan tidak menggunakan akal mereka dengan benar, karena mereka lebih mementingkan nafsu dan kepentingan duniawi daripada kebenaran dan keadilan. Persatuan mereka hanya sebatas kepentingan duniawi dan permusuhan terhadap Islam, namun tidak ada ikatan batin yang kuat di antara mereka.

Ayat ini juga menjadi peringatan bagi kaum Muslimin agar tidak terkecoh dengan penampilan lahiriah musuh yang tampak kuat dan bersatu, padahal sebenarnya mereka lemah dan mudah dikalahkan jika kaum Muslimin tetap berpegang teguh pada iman dan persatuan.

Tafsir ini menegaskan bahwa kekuatan sejati terletak pada persatuan yang didasari oleh iman kepada Allah, bukan semata-mata pada kekuatan materi atau jumlah pengikut.

Kamis, 05 September 2024

PENGHALANG HIDAYAH (Pelajaran dari Wafatnya Abu Thalib)



Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh 

Kisah Kematian Abu Thalib, menginggatkan kita minimal 3 SEBAB PENGHALANG HIDAYAH

Abu Thalib adalah seorang yang berilmu, sangat dekat dan seringkali didakwahi oleh guru terbaik umat islam yaitu Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam. 

Namun mengapa Abu thalib tidak mendapat hidayah?

*● SEBAB 1 : KAWAN YANG BURUK*

Berteman dengan orang orang yang buruk dapat menjerumuskan seseorang dalam kesesatan dan terhalang mendapatkan hidayah

Allah Ta'ala Berfirman :

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

"... Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) TIDAK MENJADIKAN SI FULAN ITU SEBAGAI TEMAN DEKAT(KU)".
(QS. Al Furqon : 28)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"SESEORANG ITU TERGANTUNG AGAMA TEMAN DEKATNYA. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekatnya".
(HR Abu Dawud no. 4833 dan At-Tirmidzi no. 2378. ash-Shahîhah no. 927)

Abu thalib berteman dekat dengan Abu jahal. Seorang penentang dakwah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menyesatkan abu thalib.

*● SEBAB KE 2 : MENGAGUNGKAN BUDAYA NENEK MOYANG YANG BERTENTANGAN DENGAN SYARI'AT ISLAM.*

Abu thalib berkeinginan memeluk Agama Islam, tapi abu jahal teman dekatnya selalu menginggatkan tentang ajaran agama dan kebesaran nenek moyangnya.

Allah Ta'ala Berfirman :
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah (Al Qur'an dan Al Hadist)," 

Mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami".
(QS. Al Baqarah : 170)

Kelak ketika kita dihisab dihari Kiamat, Allah TIDAK Akan menanyakan Kepada Kita :

"Apakah Kamu Mengamalkan Ajaran Orangtuamu"

"Apakah Kamu Mengamalkan Ajaran nenek moyangmu ".

Bukan itu  yang akan ditanyakan.
Tapi Yang akan Allah tanya dan mintai pertanggung jawaban kelak dihari kiamat yaitu " Apakah kita Menagamalkan apa Yang telah Allah Turunkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

*● SEBAB KE 3 : KARENA TAKUT CELAAN MANUSIA*

Sebuah Syair yang pernah diriwayatkan dari Abu Thalib :
"Sungguh aku telah mengetahui agama Muhammad itu adalah sebaik baik Agama yang dipeluk oleh Manusia"

Lalu mengapa Abu Thalib Tidak masuk Islam?

"Kalaulah bukan takut celaan atau menghindari cacian orang, maka aku akan masuk Islam"

Salah satu sebab manusia tersesat karena takut dicela, dicaci dan takut dikucilkan oleh  keluarga , masyarakat dsb.

Berhati hatilah saudaraku dari penyebab terhalangnya Hidayah.

Sebagaimana orang-orang yang mewarisi ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam akan terus ada hingga kiamat.

Begitu pula dengan pewaris pewaris Abu Jahal yang menentang ajaran Nabi akan terus bermunculan. 
Karakter Abu Jahal juga akan terus berulang dalam kurun zaman dan tempat.

Allahu A'lam

DI Al Islam.
Dikutip Dengan Sedikit Tambahan Dari Ceramah : Ustadz Sofyan Chalid Idham Ruray.

semangatsubuhcollection 

*Selamat menjalankan ibadah sholat subuh di Jum'at barokah.  yuuk..... siapkan sedekah terbaik kita, jangan lupa baca Al-Kahfi, dan perbanyak bersholawat.... semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin*

Rabu, 04 September 2024

AGUL KU PAYUNG BUTUT




Setelah Allah menciptakan Adam, mengajarkan nama-nama kepadanya, meminta para malaikat menyampaikan nama-nama tersebut -yang ternyata mereka tak mampu menyebutkannya; Dia perintahkan makhluk terbuat dari cahaya, itu agar bersujud kepada Adam. 

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Maka, mereka pun sujud, kecuali iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir (QS. Al-Baqarah: 30).

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku perintahkan kepadamu?" Menjawab iblis, "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al'A'raf: 12).

Rasulullah saw. suatu hari memanggil seluruh keluarga, semuanya lengkap dengan nasab mereka satu persatu. Lalu, beliau bersabda:

"Wahai golongan orang Quraisy', peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani Abdi Manaf, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. 

Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. 

Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa saja yang kamu mau (dari hartaku), sungguh aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah." (HR. Bukhari).

Dalam kesempatan lain, Nabi saw. bersabda, "Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek-moyang mereka .... (HR. Tirmidzi).

"Wahai manusia, ketahuilah bahwa Tuhan kalian adalah satu, dan bahwa nenek moyang kalian adalah satu. 

Ingatlah bahwa tidak ada keunggulan bagi seorang Arab atas non-Arab; atau sebaliknya, dan tidak ada keunggulan bagi orang yang berkulit putih atas kulit hitam, atau sebaliknya, kecuali dengan ketakwaan." (HR. Ahmad).

Imam Thawus bin Kaisan, ulama besar Yaman, pernah melihat Imam Ali Zainal Abidin cucu Ali bin Abi Thalib ra., cicit Rasulullah saw., berdiri di bawah naungan ka'bah; sedang meratap, bermunajat, dan berdoa sambil menangis.

Thawus bertanya, "Wahai cucu Rasulullah, kulihat Anda dalam keadaan demikian padahal Anda memiliki 3 keutamaan yang saya kira bisa mengamankan Anda dari rasa takut."

Imam Ali Zainal Abidin berkata, "Apakah itu, wahai Thawus?"

Thawus menjawab, "1. Anda adalah keturunan Rasulullah saw. 2.  Anda akan mendapatkan syafaat dari kakek Anda, & 3. Rahmat Allah bagi Anda."

Ali Zainal Abidin berkata, "Wahai Thawus, garis keturunanku dari Rasulullah tidak menjamin keamananku setelah kudengar firman Allah:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ

… kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka hari itu …" (QS. Al-Mu'minun: 101).

Ia lalu melanjutkan, "Adapun tentang syafaat kakekku, Allah Swt. telah menurunkan firman-Nya:

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

 "Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah." (QS. Al-Anbiya: 28).

Sedangkan mengenai rahmat Allah, lihatlah firman-Nya:
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

 "Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat pada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-A'raf: 56).


Kemuliaan nasab tidak menjadikannya sombong dan tidak merasa aman dari azab, bahkan cicit Nabi saw itu, sering berdoa sambil menangis memohon ampunan dari Allah.

Rasulullah saw pun bersabda, "Barang siapa yang lambat amalnya, maka kemuliaan nasabnya tidak bisa mempercepatnya." (HR. Muslim).

Yang menyampaikan semua itu adalah orang paling mulia, Rasulullah saw. dan -seorang yang sangat jelas nasabnya menyambung kepada Kanjeng Nabi saw.

Imam Ali Zainal Abidin adalah seorang yang dermawan, penyabar, rendah hati, santun dalam berbicara, dan memiliki hati yang bersih.

"Bagaimana kalau kita, orang biasa-biasa ini, mengaku keturunan Nabi -dengan bukti atau tidak; dan suka berkata atau bersikap kasar; serta merasa bisa memberikan keselamatan di akhirat?"

"Itu menyelisihi Al-Quran dan hadits Nabi saw. -yang mengajarkan bahwa mulianya seseorang bukan karena keturunan atau nasab, melainkan lantaran ketakwaannya."

Di antara tanda-tanda orang bertakwa, selain ibadahnya kepada Allah sangat banyak, adalah kepada manusia dia lemah lembut -dalam kata dan sikap, tidak suka menyakiti orang lain; seperti dipesankan seorang ibu kepada anaknya, dalam lagu "Jang"- yang viral itu:

Jang, sing jadi jalma hadé/ Nak, jadilah orang hebat.
Sing jadi jalma gedé/ Jadilah orang besar.
Beunghar harta, jembar hate/ Kaya harta, kaya hati.

----------
Sing pinter tur bener/ Pintar dan benarlah, senantiasa
Sing jujur tong bohong/ Jujurlah, jangan berbohong

Ulah nganyerikeun batur/ Jangan menyakiti hati orang lain
Ngarah hirup loba dulur/ Agar hidup banyak saudara

Raksa ucap lampah/ Jaga kata dan perbuatan
Tékad jeung tabéat/ sikap dan perbuatan

Ngarah pinanggih bagja/ Agar kau bahagia
Salamet dunya akhérat/ Selamat dunia-akhirat

Jang, jang, sing jadi jalma soléh/ Nak, nak, jadilah orang salih.


Hal harus bersikap santun, diajarkan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun -orang pilihan Tuhan, paling mulia, bahkan ketika menghadapi manusia paling kejam sekalipun, Fir'aun:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٤٣ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut; mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS. Thaha: 43-44).

Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menyebutkan bahwa ayat di atas mengandung pelajaran yang agung. 

Meskipun kepada manusia paling kejam, sedangkan Musa adalah nabi mulia; tetapi beliau tetap diperintah untuk berkata lembut, bukan dengan perkataan yang kasar, apalagi disertai sikap yang kasar.

Merasa lebih mulia dari orang lain, mengaku  turunan orang suci, berkata dan bersikap kasar kepada sesama -sambil menyebut-nyebut ajaran agama -untuk mendukungnya; tidak sesuai dengan ajaran Quran dan menyalahi Hadits.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat:13). 

إنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

"Sesungguhnya orang paling baik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." (HR. Ahmad).

Al-Quran menyebutkan bahwa yang membuat seseorang mulia, bukan karena nasab, melainkan sebab takwanya. Hadits menegaskan bahwa orang yang paling baik adalah yang paling bagus akhlaknya.

Bagi saya pribadi, keturunan atau bukan keturunan manusia suci, siapa pun dia -sepanjang berakhlak baik, tetap harus dihargai dan dihormati. "Sayangilah yang di Bumi, Engkau akan Dikasihi oleh yang di Langit!" 

Bilal yang berkulit hitam dan tak ada hubungan nasab dengan Nabi Muhammad saw, tapi karena akhlak dan amal salihnya yang bagus, disayangi Kanjeng Nabi saw dan dimuliakan Allah Swt. Orangnya masih hidup, namanya sudah terdaftar di surga.

Iblis bersikap sombong. tak mau sujud kepada Adam dan membangkang terhadap perintah Tuhan sebab ia merasa memiliki asal-muasal atau "nasab" yang lebih mulia dari Nabi Adam as. 

Sikap sombong akan mencelakakan diri sendiri:

"Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu." (HR. Muslim)

Sombong dan merasa lebih karena memiliki sesuatu dalam bahasa Jawa Barat disebut agul. Asal-muasal, nenek moyang, leluhur, atau nasab; orang Sunda menyebutnya karuhun.

Sombong, merasa lebih mulia dari yang lain karena karena semua hal itu adalah Agul ku Karuhun.  Seolah, nenek moyang atau karuhun bisa melindungi di hari akhir, nanti. 

Sesuatu yang sehari-hari bisa melindung (dari panas dan hujan -apalagi di Bogor) adalah payung. Kalau payungnya sudah tua, telah bertahun-tahun tak ganti; batang penyangganya banyak yang patah, kainnya sobek-sobek; disebut payung butut. 

Berbangga-bangga dengan nenek moyang atau karuhun, orang tua Sunda bilang: "Agul ku Payung Butut!"


Ciomas, 4 September 2024, bakda Ashar. Salam, Jr.

MALAIKAT, TAHU DARI MANA ?



Minggu ketiga Agustus, di sebuah lembah yang hijau dengan tetanaman, udaranya sejuk, dan banyak bunga-bunga -indah menawan, di Parongpong, Lembang; sambil duduk di bangku yang dipasang di atas rerumputan, seorang senior bertanya kepada saya:

"Ketika Tuhan hendak menciptakan manusia, kan para malaikat protes, mengapa Allah mau menciptakan makhluk yang akan menumpahkan darah. Pertanyaannya, dari mana malaikat tahu hal itu?"

"Pada sebuah sidang paripurna, Allah berfirman kepada para malaikat:

إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ---- 
'Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi.'"

Kita ketahui, sebagaimana para wakil rakyat di DPR atau tim pembela dalam sidang di pengadilan, para malaikat mangajukan keberatan, "Objection!" seraya mereka berkata:

أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

'Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' 

"Iya, dari mana malaikat tahu akan hal itu?"

"Paling tidak, ada 2 penafsiran."

"Apa itu?"

"Pertama, Allah pernah menginfokan kepada para malaikat, suatu saat, sebelum rapat pleno tsb. mengenai makhluk baru yang akan diciptakan itu.

Hal ini "terdeteksi" dari pernyataan para malaikat, segera setelah penciptaan itu -ketika Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam- dan meminta malaikat menyebutkan nama-nama itu.

Para malaikat tak bisa menjawab, tak tahu nama-nama itu. Lalu, mereka serentak berkata:

سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ
"Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami..."

Malaikat hanya mengetahui sesuatu, setelah Allah berikan ilmunya kepada mereka. Jadi, dari ayat ini, ada penafsiran bahwa Allah pernah infokan sebelumnya kepada para malaikat tentang sifat makhluk yang namamya manusia.

"Kedua, pernah diciptakan makhluk berwujud sebagaimana manusia yang memang suka berbunuh-bunuhan. Mengenai makhluk dimaksud, ada dua pendapat juga, yaitu jin dan/atau manusia purba."

Jin diciptakan sebelum Adam dihadirkan ke dunia. Akan halnya manusia purba, telah ditemukan fosil-fosil berbentuk manusia dengan umur jauh lebih tua dari manusia modern.

James Ussher melakukan penelitian berdasarkan Old Testament (Perjanjian Lama) dan perbandingan kalender. Ia menyimpulkan bahwa Nabi Adam diciptakan pada tahun 4004 SM atau hidup 6.000 tahun lalu.

Antropolog UI, Ali Akbar, berdasarkan pembelajaran dari Al-Quran dan temuan para arkeolog sebelumnya, berpendapat Nabi Adam hadir ke bumi pada antara tahun 33.000-8.000 SM, atau maksimal 35 ribu tahun lalu.

Arkeolog itu mengatakan,"Saya cenderung ke 35.000 tahun SM, karena 10.000 SM itu ada situs Jericho, Gobekli Tepe, dan Gunung Padang. Dia harus lebih tua dari itu tapi tidak lebih dari 35.000 tahun karena itu adalah makhluk yang tinggal di gua." 

Fosil tengkorak perempuan gua yang diberi nama Mrs. Ples, telah terkubur selama ribuan tahun di gua-gua Afrika Selatan yang dikenal sebagai Cradle of Humankind (tempat kelahiran umat manusia).

Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sekelompok manusia purba sudah hidup di bumi antara 3,4 dan 3,7 juta tahun yang lalu.

Australopithecus africanusitu, yang fosilnya ditemukan di gua-gua Sterkfontein dekat Johannesburg, berusia kurang dari 2,6 juta tahun.

Manusia purba tertua di Indonesia ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 hingga 1941, mereka hidup pada 2-1 juta tahun yang lalu

Homo Soloensis yang diteliti tahun 1931-1934, diyakini telah ada sekitar 900.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.

Dalam kesempatan lain, orang yang berbeda, bertanya, "Kalau Tuhan sudah tahu bahwa manusia akan membuat kerusakan di muka bumi, mengapa tetap Ia ciptakan?"

"Seorang ibu mengetahui bahwa bayinya yang sedang ia susui, anak balitanya yang lucu, putra/i remajanya yang senantiasa ceria; suatu saat ketika anak-anak itu sudah dewasa, berpotensi berbuat salah kepada ibunya. 

Akan tetapi kasih sayang ibu terhadap anaknya melampaui potensi kenakalan yang mungkin akan dilakukan anak-anaknya, kelak.

Dengan konsekuensi kenakalan anak versus kasih sayang; seorang ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau yang sedang membesarkan anak remajanya; memutuskan untuk tetap melahirkan, menyusui, dan membesarkan mereka.

Akan halnya penciptaan itu, dari ayat di atas disebutkan bahwa makhluk yang mau diciptakan ini dijadikan khalifah. 

Ustaz Quraisy Shihab menyebutkan makna khalifah di sini adalah memelihara bumi, melakukan kebaikan, dan mengantar segala tujuan penciptaannya. Manusia akan melakukan itu, yang tidak dilaksanakan oleh makhluk sebelumnya. Mereka bukan sebagai khalifah.

Kemudian, seperti kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, walau Tuhan pasti sudah tahu bahwa (sebagian) manusia akan berbuat salah dan dosa; tapi kasih sayang Gusti Allah kepada makhluknya jauh melebihi itu semua. Rahmat Tuhan mendahului murka-Nya.


Wallahu a'lam. Ciomas, 3 September 2024; bakda Zuhur. Salam, Jr.