Oleh : Balya Nur
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) Sesungguhnya Kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"
Fir'aun menjawab:
"Ya, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan Termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)".
( Al Qur’an, Surah al ‘Araf, ayat 113-114 )
Tidak ada makan siang gratis sudah berlaku sejak zaman Fir’aun, atau mungkin sebelumnya. Fir’aun mendatangkan para penyihir papan atas di kerjaannya untuk melawan Nabi Musa. Walaupun penyihir masuk golongan profesional, kesempatan itu dimanfaatkan oleh para penyihir untuk melakukan transaksi politik. "(Apakah) Sesungguhnya Kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" Jelas sekali para penyihir tidak berpura-pura menjadi relawan padahal mengharap jabatan.
Walaupun Fir’aun terkenal kejam tapi tuntutan itu disanggupinya tanpa malu malu kucing dengan mengatakan pertandingan tanpa syarat dan semacamnya. Fir'aun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan Termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". Orang dekat raja apalagi kalau bukan jabatan politik, mungkin juga akan dibuatkan jabatan di kementerian baru, kementerian pemberdayaan ilmu sihir. Terpenting memenangkan pertandingan dulu, jabatan soal gampang.
Melihat para penyihir papan atas, para penonton membuat survey dalam hati masing-masing. Tidak ada satu pun yang memilih Nabi Musa. Seratus persen untuk para penyihir. Tapi atas kehendak Allah, Nabi Musa menjungkir balikan hasil survey. Ular-ular para penyihir dilalap habis oleh ular dari tongkat Nabi Musa. Nabi Musa keluar sebagai pemenang !
Dan Ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
( Al Qur’an, surah al ‘Araf, ayat 120-122 )
Para penyihir tunduk kepada Nabi Musa dan mengakui keperkasaan Tuhan Nabi Musa bukan karena ingin jadi kutu loncat, merapat ke pemenang, tapi sebagai pakar sihir mereka yakin tongkat nabi Musa yang berubah menjadi ular bukanlah sihir, bukan tipuan mata, tapi ular beneran.
Dan merapatnya para penyihir ke kubu Nabi Musa bukan mengharapkan jabatan. Buktinya, mereka bergeming, tetap pada pendiriannya walaupun ancaman Fir’aun terhadap mereka luar biasa mengerikan. ( Fir’aun berkata ) :
“ Demi, Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya."
( Al Qur’an, surah al ‘Araf, ayat 124 )
Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah Kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan Kami, melainkan karena Kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan Kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan wafatkanlah Kami dalam Keadaan berserah diri (kepada-Mu)".
( Al Qur’an, surah al’Araf, ayat 125-126 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar