Kamis, 01 September 2016

Adab Adab Sebelum Shalat 'Ied




1. Mandi & Bersiwak Sebelum Shalat ‘Ied.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar. Nafi’ menceritakan :
“ Dahulu, pada ‘Idul Fithri, Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhuma mandi sebelum berangkat ke tanah lapang.”
(HR. Malik dalam Al Muwaththa’, 1/177). Ibnul Qayyim mengatakan, riwayat yang shahih. (Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad 1/425). Pun demikian yang dijelaskan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni : (3/256).

2. Berhias ,
Mengggunakan wewangian serta berpakaian yang terindah dan yang terbaik* sebagaimana yang terdapat dalam HR. Al Bukhari dan Muslim.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
"Dahulu, ketika keluar pada shalat dua hari raya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan pakaian yang terindah.”
(Zaadul Ma’ad, 1/426).

3. Makan pagi sebelum berangkat Shalat ‘Iedul Fitri* ~ Dan setelah bagi sholat iedul adha ~.
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata :
"Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘Ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu sampai pulang dari shalat ‘Ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”
(HR. Ahmad : 5/352)


4. Dianjurkan datang ke tempat shalat dengan berjalan kaki, kecuali jika ada udzur seperti sakit atau jauh jaraknya.
Ibnu Umar -Radliyallahu ‘‘anhuma- berkata :
“Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- biasa keluar ke tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan pulang juga berjalan kaki ”
(HR. Ibnu Majah, no. 1295)

5. Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘Ied.
Ibnu ‘Umar berkata, 
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat shalat ‘Ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (Laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).”

(HR. Al Baihaqi 3/279).
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Az-Zuhri,dia berkata :
" Orang-orang bertakbir pada hari Ied hingga mereka keluar dari rumah-rumah mereka hingga ketika mereka mendatangi tempat shalat dan hingga imam datang. Apabila imam telah datang,mereka semua diam, jika imam bertakbir, merekapun bertakbir.
(Irwa-ul Ghalil : 2/121)

6. Menempuh jalan yang berbeda pada saat berangkat dan pulang,
Jabir radliyallaahu ‘‘anhu- berkata :
" Dahulu Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-ketika hari ‘Ied beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang. ”
(HR. Al Bukhari, no. 986).

7. Membawa serta anak-anak dan kaum wanita untuk menghadiri shalat ‘Ied.
Dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata :
“ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘Ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.“
(HR. Muslim : no. 890)

8. Ucapan Selamat.
Termasuk adab pada hari Ied adalah saling memberikan ucapan selamat yang baik satu sama lain, apapun redaksinya seperti ungkapan Taqabbalallahu minna wa minkum, atau, Idun Mubarak, atau yang semisalnya dalam berbagai bentuk redaksi yang dibolehkan.

Dari Jubair bin Nafir, dia berkata, 'Para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila berjumpa pada hari Id, mereka satu sama lain saling mengucapkan, *taqabbalallahu minna wa minka*.' Ibnu Hajar berkata, sanadnya hasan
(Fathul Bari, 2/446)

Pemberian ucapan selamat sudah dikenal di kalangan para shahabat, karenanya para ulama memberikan keringanan dalam hal ini, seperti Imam Ahmad dan lainnya. Terdapat riwayat yang menunjukkan disyariatkannya ucapan selamat pada moment-moment tertentu, dan juga tindakan para shahabat yang memberikan ucapan selamat ketika mendapatkan sesuatu yang membahagiakan, seperti diterimanya taubat seseorang oleh Allah Ta'ala terhadap suatu perkara, lalu mereka berdiri untuk memberikan ucapan selamat karena itu.

Adapula riwayat lainnya.
Tidak diragukan lagi bahwa ucapan selamat termasuk kemuliaan akhlak dan fenomena sosial yang baik di kalangan kaum muslimin.

Paling tidak dalam masalah ini adalah anda membalas ucapan seseorang yang memberikan ucapan selamat kepada anda, atau anda diam apabila dia diam (tidak memberikan ucapan selamat), sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah :

"Jika seseorang memberikan ucapan selamat kepadaku, maka akan aku jawab, kalau tidak, aku tidak memulainya ".

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar