KULIAH SUBPERSONALITY
Oleh : Ust. Cahyadi Takariawan
Roberto Assagioli (dalam Sorensen, 2006) menyatakan, “Organisasi subkepribadian adalah amat nyata dan kadang-kadang mengejutkan, mengherankan atau menakutkan. Seseorang menemukan perbedaan sifat yang kuat dan seringkali amat berlawanan yang ditampilkan dalam peran-peran yang berbeda. Orang awam mengubah satu subkepribadian menuju subkepribadian yang lain tanpa kesadaran yang jelas, dan hanya sedikit alur ingatan yang mengkoneksikannya; namun bagi tujuan praktis mereka ini amat berbeda – mereka bertindak secara berbeda, mereka menunjukkan sifat yang amat berbeda pula”.
Menurut Rainwater (dalam Brown, 2000) subkepribadian mengorganisasikan dirinya di antara suatu kebutuhan di dalam jiwa (psyche). Menurutnya kekuatan masing-masing menghasilkan keadaan yang merupakan kebutuhan awal yang muncul dan diyakini bahwa setiap orang adalah suatu campuran keberagaman dari subkepribadian individual.
Rueffler (1995 dalam Brown) memahami suatu subkepribadian menjadi suatu struktur dinamis adalah suatu yang saling berhubungan secara kompleks berkaitan dengan energi, pikiran, dan perilaku, pada suatu peristiwa tertentu, bergabung menjadi seperangkat pola yang berbeda.
Suatu subkepribadian memiliki cirinya sendiri, kebutuhan untuk menjadi eksis dan pemenuhan kebutuhan dari kemauan, keinginan, dan kebutuhan peribadi.
Jenis-jenis subkepribadian yang dapat eksis di dalam diri setiap orang dapat memiliki keragaman, termasuk di dalamnya "inner child," "inner mother," "inner father," “ustadz”, "biarawan," "korban," "mistik," "si penakut," dll.
John Rowan (1990) mendefinisikan subkepribadian sebagai “suatu wilayah di kepribadian yang setengah permanen dan setengah otonom, yang mampu untuk bertindak seperti seorang manusia.” Piero Ferrucci (dalam Rueffler, 2006) melihat subkepribadian sebagai ”satelit-satelit psikologis yang secara simultan hadir sebagai tumpukan-tumpukan kehidupan yang beragam. Setiap subkepribadian mempunyai gayanya sendiri, dan motivasinya sendiri yang berbeda satu dengan lainnya.”
Virginia Satir (dalam Rueffler, 2006), menyebut subkepribadian sebagai ”Wajah Saya yang Beragam” dan melihat mereka sebagai bagian-bagian dari kepribadian kita yang saling bergantung satu sama lainnya. Kehadirannya tidak dapat berdiri sendiri. Janette Rainwater (dalam Rueffler, 2006) menggambarkan subkepribadian seperti berikut ini:
“Setiap subkepribadian mengatur dirinya sendiri berdekatan dengan kebutuhan tertentu dari kepribadian secara keseluruhan. Seberapa kuat masing-masing (subkepribadian) mungkin merupakan hasil dari kondisi-kondisi saat kebutuhan tersebut muncul untuk pertama kalinya. Setiap manusia merupakan campuran dari beragam subkepribadian yang masing-masing mempunyai sitat yang berbeda satu sama lainnya”.
Subkepribadian berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri ke dalam dunia dan sebagai lensa melalui mana kepribadian dapat dirasakan, hidup dan dialami. Sebagai struktur psikodinamika yang aktif, mereka mencari pemenuhan kebutuhannya melalui pengekspresian dirinya di dunia luar. Bisa saja terjadi, seseorang sama sekali tidak menyadari subkepribadiannya yang mana yang sedang mendominasi hidupnya. Sekalipun demikian, dengan menjadi sadar tentang bagaimana caranya suatu subkepribadian mengekspresikan diri, maka seseorang akan mempunyai akses untuk memasuki jiwanya dan mengidentifikasi struktur psikodinamikanya yang sedang bekerja.
Kita dapat melihat berbagal peran yang ada di dalam diri dan yang tampak di luar, yang saling mempengaruhi satu sama lain, melalui berbagai pengekspresian subkepribadian kita. Perubahan atau transformasi yang terjadi pada satu subkepribadianpun akan berdampak pada keseluruhan sistem dari jiwa orang yang bersangkutan (Rueffler, 2006).
Suatu subkepribadian, atau suatu struktur psikodinamik yang aktif, atau suatu bagian dari kepribadian menunjukkan ciri-ciri, kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginannya. Hal-hal itu terekspresikan melalui pola-pola emosional dan mental orang yang bersangkutan. Dalam situasi yang berbeda, yang muncul adalah struktur psikodinamika yang lain. Peristiwa yang berbeda akan menimbulkan reaksi yang berbeda dari sistem subkepribadian kita (Rueffler, 2006).
Menurut Rueffler (2006) bila kita melihat asal muasal subkepribadian, cukup jelas terlihat bahwa struktur-strukturnya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan psikologis dan perkembangan diri pada masa kanak-kanak. Bagi Gretschen Sliker (dalam Rueffler, 2006) perkembangan subkepribadian berawal dari bulan-bulan pertama awal masa kanak-kanak.
Pada usia satu atau dua tahun, struktur-struktur psikologis seorang anak sudah terbentuk, perilakunya mempunyai ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan tertentu pula. Dengan berjalannya waktu dan bergantung pada pengalaman serta ingatan yang terbangun, subkepribadian-subkepribadian tersebut menjadi berdimensi banyak dan menjadi kian kompleks.
Chris Meriam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar